Selasa, 31 Mei 2016

PEMBUATAN FILM KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI LANDAK SUBMATERI PENCEMARAN AIR KELAS VII SMP



PEMBUATAN FILM KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI LANDAK SUBMATERI PENCEMARAN AIR KELAS VII SMP



ARTIKEL PENELITIAN



Oleh:


RIA ANDARINI
NIM F16111006




Description: D:\FOTO-FOTO\Logo\UNTAN1.TIF




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016


PEMBUATAN FILM KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI LANDAK SUBMATERI PENCEMARAN AIR KELAS VII SMP


Ria Andarini, Basuki Hardigaluh, Eka Ariyati
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan
Email: Riaandarini0@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air di perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang dan mengetahui kelayakan film sebagai media pembelajaran. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey. Penelitian ini mengacu pada standar air kelas 2 berdasarkan PP 82 Tahun 2001. Hasil pengujian sampel dilihat dari parameter fisika (suhu) berada di bawah ambang batas dengan nilai rata-rata 28-28,33ºC sedangkan (kecerahan) dengan nilai rata-rata 0,10-0,11m berada di atas ambang batas. Parameter kimia (pH) dengan nilai 6 artinya berada di bawah ambang batas dan parameter biologi dilihat dari keberadaan fitoplankton dengan indeks keragaman jenis (H’) sebesar 2,37 artinya Sungai Landak Kecamatan Ngabang mengalami pencemaran air dalam kategori sedang. Hasil penelitian kualitas air tersebut digunakan dalam pembuatan media film. Berdasarkan peneilaian validator, didapatkan nilai rata-rata total validasi materi 87,91 dan validasi media 81,94 yang bearti film layak digunakan sebagai media pembelajaran pada sub materi pencemaran air kelas VII SMP.
                                                                                                              
Kata kunci: Kualitas air, Film, Sub Materi Pencemaran Air.

Abstract: This research was purposed to find out the quality of water in Landak river, Ngabang districts and determine the feasibility of film as a medium of learning. Forms of this study was a descriptive survey method. This study refers to the second class water standards under Regulation 82 of 2001. The test results of samples seen from physical parameters (temperature) is below the threshold with the average value 28-28,33ºC while the (brightness) with an average value of 0, 10-0,11m is above the threshold. Chemical parameters (pH) with a score of 6 means that are below the threshold and biological parameters seen from the presence of phytoplankton species diversity index (H ') of 2.37 means Porcupine River District of Ngabang experiencing water pollution in the medium category. The research results of water quality used in the manufacture of film media. Based peneilaian validator, a score is the average total material validation and validation 87.91 81.94 media which shall mean the film fit for use as a medium of learning in sub material water pollution class VII.

Keywords: Water quality, Film, Sub Matter Air Pollution


P
embelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar (Susilana dan Cepi, 2008). Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu penyampaian pesan dari guru kepada siswa yang berisi materi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pemilihan metode pembelajaran juga mempengaruhi media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar, karena beranekaragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pemilihan media yang akan digunakan sangat berkaitan dengan metode mengajar yang akan digunakan. Kolaborasi yang baik antara metode mengajar dan media pembelajaran akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran (Bakri, 2011).
Salah satu media pembelajaran adalah media audio visual. Media pembelajaran audio visual dapat berupa film. Film merupakan gambar–gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Media film dapat menyajikan informasi, menerapkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Arsyad, 2014). Menurut Sadiman (2008) hendaknya dilakukan melalui pembuatan synopsis, storyboard (perangkat dalam cerita), skrip atau naskah program dan pembuatan skenario. Berikut penjelasnnnya mengenai tahapan rangkaian kegiatan sebelum pembuatan film.
Berdasarkan hasil penelitian Kartini, (2012) menyatakan bahwa film memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh hasil perhitungan effect size sebesar 1,62 dengan kriteria tinggi pada materi pencemaran lingkungan. (Munadi, 2008). Sebab dengan menggunakan film siswa dapat melihat dan mendengar secara bersamaan dan mengakibatkan siswa lebih mudah mengingat daripada apa yang hanya dilihat atau didengar saja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Prajoko, Sudarsiman, dan Sutarno (2012) tentang film sebagai sumber belajar memperlihatkan hasil belajar pada materi invertebrata mencapai ketuntasan belajar ≥ 70% dengan nilai ≥ 73. Adapun isi film yang berhubungan dengan materi pencemaran air adalah dengan menampilkan gambar air yang tercemar dan ditambah dengan hasil penelitian kualitas air yang dilakukan di Sungai Landak Kecamatan Ngabang sehingga dapat memberikan pengayaan materi pada sub materi pencemaran air.
Pembelajaran pada sub materi pencemaran air ini biasanya diajarkan menggunkan media papan tulis saja yang mana contoh dalam materi kebanyakan dicantukan berdasarkan buku pegangan siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk membuat media berupa film, mengingat pada kurikulm KTSP siswa diharapkan mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan pencemaran air, bahaya dan cara mengatasi pencemaran air, sehingga diperlukan inovasi media pembelajaran untuk menyajikan pengetahuan nyata atau realistik yang menjadi potensi di daerah sendiri agar siswa memahami materi yang disampaikan sehingga menimbulkan rasa peduli terhadap lingkungan yang dapat berdampak pada upaya untuk menjaga kebersihan perairan yang ada. Pembelajaran ini membutuhkan media pembelajaran yang tepat agar siswa dapat mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Media dalam pembelajaran dapat mendukung penyampaian materi sehingga dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu (Munadi, 2008). Adapun sekolah yang akan menjadi sasaran peneliti untuk melakukan validasi media film adalah sekolah yang keberadaanya tidak jauh dari perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang yaitu SMPN 1, SMPN 2 dan MTsN Ngabang, hal ini bertujuan agar dapat memudahkan siswa dalam memahami isi materi.
Menurut Fadiaz (1992) pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain kedalam air dan berubahnya tatanan (komposisi) air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air itu sendiri dapat dilihat dari parameter fisika, kimia dan biologi suatu perairan. Parameter biologi dapat dilihat dari keberadaan fitoplankton. Fitoplankton merupakan salah satu biota perairan yang rentan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan antara lain cahaya, suhu, kecerahan dan pH (Mujib, 2010). Sungai Landak adalah salah satu sungai yang berada di Kalimantan Barat yang memilki panjang (178 km) yang bermuara pada Sungai Kapuas. Menurut Studi Air Baku Kalimantan Barat oleh Kanwil PU Provinsi  Kalimantan Barat tahun 1966, dari volume air sebesar 274.628.200 m3 pertahun, tingkat penggunaan air tersebut baru sekitar 22.321.325 m3 pertahun atau sekitar 8%. Sungai-sungai tersebut memiliki nilai dan fungsi strategis bagi masayrakat serta mempunyai peran yang sangat besar dalam era pembangunan di daerah Kalimantan Barat (Subanri dalam Fahtomiaji, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Thamrin Usman dari Universitas Tanjungpura tahun 2006 diketahui bahwa kandungan merkuri di sepanjang Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya antara 0,0016-0,199 ppm, dan pada beberapa biota sungai berkisar antara 0,15-3,37 ppm serta pada biota sungai telah melebihi ambang batas. Menunjukkan bahwa sampel kepah (Corbiculata) dan kerang (Anadara granulosa) yang diambil dari pasar di Kodya Pontianak telah terkontaminasi merkuri dengan kandungan sebesar 0,196 ppm dan 0,686 ppm. Badan Pengendalian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Bapedalda) Kalimantan Barat tahun 2006, menyimpulkan kualitas Sungai Kapuas sudah tercemar berat logam merkuri dari limbah buangan penambangan emas. Berdasarkan pemantauan 13 titik dan menyebut tak satupun wilayah yang di uji memiliki kadar merkuri di bawah ambang batas normal sebesar 1 ppb. Titik pengambilan seperti di Hilir Sungai Landak, Siantan Hulu, Muara Kapuas di Jungkat, dan di parit depan Rumah Sakit Sudarso, secara keseluruhan kadar merkurinya bahkan menunjukkan angka 40 ppb atau 40 kali batas normal (Triana, 2012).
Sungai Landak Kecamatan Ngabang juga merupakan sumber daya air yang memiliki manfaat yang sangat besar diantaranya sebagai transportasi, irigasi, sarana umum untuk mandi, mencuci dan buang air. Selain itu, Sungai Landak Kecamatan Ngabang juga digunakan oleh beberapa industri yang berada di bantaran sungai tersebut untuk beroperasi, banyaknya aktivitas yang dilakukan di sekitar Sungai Landak seringkali menyebabkan penurunan kualitas air. Air Sungai Landak Kecamatan Ngabang dapat digolongkan kedalam air kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, air untuk mengairi pertanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP No, 82 Tahun 2001 Pasal 8).
Jika dilihat dari kondisi fisik air, Sungai Landak dapat dikatakan mengalami pencemaran air hal ini dilihat dari warna airnya yang berubah menjadi coklat. Perubahan warna air  yang terjadi dikarenakan adanya kegiatan PETI (Pertambangan Emas Tanpa Izin). Secara resmi aktivitas pertambangan emas yang dikelola masyarakat tidak diizinkan oleh pemerintah, Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu; merkuri (Hg). Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji emas dengan pasir, lumpur dan air, dimana merkuri yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas biasanya dibuang begitu saja di badan sungai dan konsekuensinya badan Sungai Landak menjadi tempat wadah penampungan bahan beracun (B3) yaitu merkuri (Hg) yang di berasal dari aktivitas PETI (Subanri, 2008).
Perubahan warna air Sungai Landak juga berpengaruh pada kecerahan air, dimana kecerahan dipengaruhi oleh zat-zat yang terlarut dalam perairan sehingga berhubungan dengan penetrasi sinar matahari. Menurut Nybakken (1988) makin tinggi kecerahan, maka intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan akan semakin besar. Kecerahan perairan berlawanan dengan kekeruhan yang juga disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikrooganisme lainnya. Akibat kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu sistem pernafasan organisme akuatik dan dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi, 2003). Banyaknya aktivitas manusia yang terjadi di kawasan Sungai Landak Kecamatan Ngabang akan memberikan dampak terjadinya pencemaran air. Ekosistem perairan merupakan bagian integral dari lingkungan hidup manusia yang relatif banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk kerusakan lingkungan. Segala aktifitas manusia akan menyebabkan perubahan pada ekosistem sungai (Triatmodjo, 1999). Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian tentang “Pembuatan Film Kualitas Air di Perairan Sungai Landak Submateri Pencemaran Air Kelas VII SMP”.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu kualitas air di perairan sungai Landak dan tahap kedua pembuatan media film yang dilanjutkan dengan validasi materi dan validasi media. Validator ahli materi terdiri dari dua orang dosen Pendidikan Biologi FKIP Untan serta tiga orang guru SMP di Kecamatan Ngabang yaitu guru IPA SMPN 1, SMPN 2 dan MTsN. Validator ahli media terdiri dari satu orang dosen P.MIPA FKIP UNTAN, satu orang ahli IT dari SMPN 1 dan SMPN 2 kecamatan Ngabang. Menurut Mamonto, (2013) hasil validasi dapat dianalisis menggunakan skala likert dengan rumus:
K =
Keterangan :
K :Persentase kriteria kelayakan
F  :Jumlah keseluruhan jawaban responden
N :Skor tertinggi dalam angket
I  :Jumlah pertanyaan dalam angket
R :Jumlah responden

Dari hasil analisis diatas akan diperoleh kesimpulan tentang kelayakan media film pada sub materi pencemaran air dengan kriteria yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Riduwan (dalam Mamonto, 2013) :

Tabel 1
Kriteria Interpretasi Skor

Skor Persentase (%)
Interpretasi
0 – 25
Sangat tidak layak
25 – 50
Tidak layak
50 – 75
Layak
75 – 100
Sangat layak

Tahap pertama penelitian ini adalah kualitas air di perairan sungai Landak Kecamatan Ngabang. Pengambilan sampel secara systematic sampling yaitu berdasarkan kondisi lingkungan perairan tersebut (Sugiyono, 2011). Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 2 stasiun yaitu stasiun satu didekat tambang emas dengan jarak 10 meter dari tambang emas dan stasiun 2 berjarak 20 meter dari tambang emas, hal ini disebabkan pola penyebaran merkuri pada jarak 10 meter sudah memberikan hasil yang tidak merata (Triana, 2012). Pada setiap stasiun masing-masing dilakukan 3 kali ulangan yaitu dua kali di tepi sungai dan satu kali tengah sungai, menurut Hadi (dalam Shalwa, 2013) pengambilan sampel di bagian tengah sungai memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas air sungai secara umum. Sampel fitoplankton yang didapat dibawa di laboratorium Biologi FMIPA UNTAN untuk dilakukan identifikasi sampai pada tingkat genus dengan menggunakan buku-buku identifikasi Wickstead (1964) dan Sachlan (1982).


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Hasil penelitian kualitas air di perairan sungai Landak Kecamatan Ngabang diimplementasikan dengan membuat media film. Media film ini divalidasi ahli materi dan ahli media. Penilaian validasi ahli materi untuk film meliputi aspek umum dengan nilai 83,33 aspek pembelajaran dengan nilai 90,83 dan aspek substansi materi dengan nilai 86,67 (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisis data kevalidan menunjukan bahwa media film ini masuk dalam kategori sangat layak dengan nilai 87,91. Penilaian validasi ahli media untuk film meliputi aspek umum dengan nilai 80,56 aspek rekayasa perangkat lunak dengan nilai 82,14 aspek komunikasi visual dengan nilai 81,67 dan aspek komunikasi audio dengan nilai 83,33 (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis data kevalidan menunjukkan bahwa media pembelajaran film ini masuk kedalam kategori sangat layak dengan nilai  81,94.

Tabel 2
Data Analisis Validasi Film Pada Sub materi Pencemaran Air Oleh Ahli Materi
Aspek
No.
Kriteria
Validator
Perhitungan
Ket
1
2
3
4
5
Total (F)
N x I x R
K (%)
Umum
1
3
3
3
4
3
50
60
83,33
SL
2
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
Pembelajaran
4
4
4
4
4
4
109
120
90,83
SL
5
3
4
4
4
3
6
3
3
4
4
4
7
3
3
4
4
3
8
3
4
4
4
4
9
3
3
3
4
4
Substansi Materi
10
3
3
4
4
3
52
60
86,67
SL
11
3
3
4
4
3
12
3
3
4
4
4
Kriteria Interpretasi Skor
211
240
87,91
SL

Keterangan :
N x I x R         : Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden 
K (%)              : Persentase kriteria kelayakan
SL                   : Sangat Layak
L                      : Layak
TL                   : Tidak Layak
STL                 : Sangat Tidak Layak

Tabel 3
Data Analisis Validasi Film Pada Sub materi Pencemaran Air Oleh Ahli Media
Aspek
No.
Kriteria
Validator
Perhitungan
Ket
1
2
3
Total (F)
N x I x R
K (%)
Umum
1
2
4
3
29
36
80,56
SL
2
3
4
4
3
3
3
3
Rekayasa Lunak
4
3
3
3
69
84
82,14
SL
5
2
4
3
6
3
4
3
7
3
4
4
8
3
4
4
9
3
3
3
10
3
4
3
Komunikasi visual
11
3
3
3
49
60
81,67
SL
12
2
4
3
13
4
4
3
14
3
4
3
15
3
4
3
Komunikasi Audio
16
3
4
3
30
36
83,33
SL
17
3
4
3
18
3
4
3
Kriteria Interpretasi Skor
177
216
81,94
SL










Keterangan :
N x I x R         : Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden 
K (%)              : Persentase kriteria kelayakan
SL                   : Sangat Layak
L                      : Layak
TL                   : Tidak Layak
STL                 : Sangat Tidak Layak

Film tersebut merupakan hasil implemntasi dari penelitian kualitas air di perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang dengan melihat parameter fisika (pada pengamatan suhu) berada di bawah ambang batas dengan nilai rata-rata 28-28,33ºC sedangkan (pada pengamatan kecerahan) dengan nilai rata-rata 0,10-0,11m berada di atas ambang batas. Parameter kimia (pH) nilai yang diperoleh adalah 6 artinya berada di bawah ambang batas dan parameter biologi dilihat dari keberadaan fitoplankton dengan indeks keragaman jenis (H’) sebesar 2,37 artinya Sungai Landak Kecamatan Ngabang mengalami pencemaran air dalam kategori sedang.

Pembahasan
Hasil penelitian kualitas air di perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang dituangkan dalam bentuk film. Menurut Susilana dan Cepi, (2009) film adalah serangkaian gambar diam (still picture) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film yang dibuat berdurasi 12,54 menit digunakan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari sub materi pencemaran air. Dalam film dipaparkan tentang pengertian pencemaran air, bahaya dan cara mengatasi pencemaran air.
Pengujian validasi film ini dilakukan oleh delapan validator. Lima validator untuk ahli materi dan tiga validator ahli media. penilaian validasi ahli materi untuk film meliputi aspek umum, aspek pembelajaran dan aspek subtansi materi. Menurut validator media ini perlu perbaikan. Rata-rata untuk nilai aspek umum 83,33 yang artinya sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator bahasa yang digunakan peneliti juga kurang komunikatif karena ada beberapa bahasa yang terlalu tinggi untuk siswa. Contohnya pada penelitian ini parameter biologi yang dilihat adalah fitoplankton, menurut validator kata fitoplankton terlalu tinggi untuk siswa sehingga sebaiknya diceritakan apa yang dimaksud dengan fitoplankton dan ciri-ciri serta fungsi fitoplankton tersebut disuatu perairan. Hal ini dapat memudahkan siswa untuk mengerti isi film yang disajikan. Bahasa merupakan alat komunikasi. Komunikasi adalah tahapan lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna jika orang yang menangkap komunikasi tidak mengerti apa yang disampaikan. Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang sasaran tidak boleh terabaikan (Fathir, 2012). Menurut Arsyad, (2014) agar dapat membantu proses belajar efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
Rata-rata untuk aspek pemelajaran adalah 90,83 artinya media sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator materi dengan gambar sudah cukup jelas tetapi ada beberpa gambar yang kurang bagus yaitu bagian jenis pencemaran air sehingga tidak memikat perhatian siswa. Sesuai dengan pernyataan Arsyad, (2014) foto-foto untuk tujuan pembelajaran harus dapat memikat perhatian siswa, misalnya foto-foto mengenai benda-benda atau objek yang akrab dengan kehidupan siswa. Menurut validator media yang dibuat sudah cukup mudah untuk dipahami tetapi ada beberapa bagian dari film yang sulit untuk dipahami. Contohnya pada bagian awal film sebaiknya menjelaskan lokasi tempat penelitian. Hal ini bertujuan agar siswa yang menonton mengetahui lokasi tempat peneliti melakukan penelitian. Selain itu penyebab polusi utama yang menyebabkan pencemaran air pada perairan  Sungai Landak Kecamatan Ngabang juga sebaiknya dijelaskan di awal film, ini bertujan agar siswa yang menonton dapat mengetahui penyebab polusi utama yang menyebabkan Sungai Landak mengalami pencemaran  air. Menurut validator untuk memudahkan siswa dalam memahami isi materi pada film sebaiknya ditampilkan perbandingan antara perairan yang tercemar dengan perairan yang tidak tercemar. Dengan menampilkan perbandingan air dibeda lokasi diharapkan dapat meninggkatkan daya ingat siswa terhadap film yang ditontonnya. Daya ingat adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui Gie (dalam As’ad, tanpa tahun).
Rata-rata nilai untuk aspek subtansi materi adalah 86,67 artinya media sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator pada kebenaran materi secara teori dan kosep sudah benar. Tetapi ada kata “pemulihan” pada bagian pembahasan tidak perlu dicantumkan karena tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi pada perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang. Kegiatan PETI yang terjadi pada perairan Sungai Landak kecamatan Ngabang masih berlangsung dan hanya berhenti sesaat jika terjadi musim penghujan sedangkan kata “pemulihan” adalah sesuatu kegiatan yang terjadi dan telah berakhir sehingga kondisi perairan tersebut mengalami pemulihan. Sedangkan pada pengertian, jenis dan contoh pencemaran air serta dampak dan cara mengatasi pencemaran air sudah sesuai dengan teori dan konsep pada buku yang diajarkan pada kelas VII SMP. Selain itu gambar yang ditampilkan sesuai dengan kondisi perairan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad, (2014) kebenaran foto atau validitas foto menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, bukalah foto yang dibuat-buat atau didramatisi. Selain itu foto harus dapat memikat perhatian siswa.
Menurut validator media film yang dibuat belum sesuain dengan isi materi hal ini dikarenakan pada tampilan film masih ditampilkan bagian tahap penlitian karena tidak sesuai dengan tujuan pemelajaran sebaiknya langsung dipaparkan mengenai hasil penelitian yang menyatakan bahwa Sungai Landak Kecamatan Ngabang mengalami pencemaran air, selain tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran bagian ini juga memakan banyak waktu sehingga dapat memperlambat proses pembelajaran, film yang baik adalah film yang menyajikan materi yang singkat, padat dan jelas. Menurut Arsyad, (2014) dalam pembuatan media berbasis audio visual sebaiknya narasi tulisan singkat, padat dan sederhana, setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata, diperkirakan setiap kalimat memakan waktu satu tayang visual kurang lebih satu 10 detik.
Penilaian validasi media untuk film meliputi aspek umum, aspek rekayasa perangkat lunak, aspek komunikasi visual dan aspek komunikasi audio. Menurut validator media ini perlu perbaikan. Rata-rata nilai untuk kriteria dari aspek umum adalah 80,56 artinya film sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator media yang dibuat kurang kreatif dan inovatif hal ini dilihat dari monotonnya film yang dibuat. Selain itu pada storyboard yang dibuat gambar dan video yang persiapkan juga tidak terlalu banyak sehingga tampilan film yang ditayangkan kurang menarik. Sesuai dengan pernyataan Arsyad, (2014) dalam penyusunan storyboard adalah semua audio dan grafik cocok dengan teks, lain pengantar dan pendahuluan menampilkan penarik perhatian, urutan interaktif telah digabungkan, strategi dan taktik belajar telah digabungkan, narasi singkat padat, program mendukung latihan-latihan dan alur dan organisasi program mudah diikuti dan dimengerti.
Rata-rata nilai yang diperoleh untuk aspek rekayasa perangkat lunak adalah 82,14 artinya media sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator reliabilitas media yang dibuat kurang baik karena kurang dapat diandalkan sebagai media pembelajaran hal ini dilihat dari adanya tampilan pada film yang menayangkan tahap pengambilan sampel. Sehingga siswa yang menonton film tersebut kurang fokus terhadap isi materi pada film yang akan disampaikan. Sesuai dengan pernyataan Arsyad, (2014) dalam pemilihan dan penggunaan media sebaiknya tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancangan dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran. Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk penggunaan dan desain program. Menurut validator pada dokumentasi program media pembelajaran kurang jelas. Contohnya pada gambar jenis–jenis pencemaran air terdapat 3 jenis pencemaran air yang kurang jelas yaitu  gambar pencemaran mikroorganisme, pencemaran bahan kimia organik dan bahan kimia anorganik kualitas ukuran gambar yang digunakan terlalu kecil sehingga menyebabkan tampilan gambar pecah dan tidak jelas. Menurut Arsyad, (2014) foto yang digunakan sebagai media pembelajaran harus jelas dan ukuran yang memadai, karena dengan ketajaman dan kontras yang baik yang dapat memberikan ketetapan dan rincian yang memadai untuk menggambarkan kenyataan yang ditampilkan. Selain itu pada pengambilan video pada film terlalu cepat sehingga dapat  membuat tampilan pada film kurang menarik perhatian siswa.
Rata-rata nilai untuk aspek komunikasi visual adalah 81,67 artinya media layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator media yang dibuat belum kreatif dalam ide, hal ini diketahui dari monotonnya film yang dibuat dan kurang bervariasi hal ini dikarenakan kurangnya visual yang ditampilkan sehingga dapat membuat siswa bosan dalam menonton film.  Menurut Arsyad, (2014) untuk visual yang kompleks siswa perlu diminta untuk mengamati, kemudian menganalisis dan memikirkan informasi yang terkandung dalam visual itu.
Rata-rata aspek komunkasi audio adalah 83,33 artinya media film sangat layak digunakan sebagai media pemelajaran. Menurut validator Backsound yang digunakan sudah harmonis dan senada dengan tujuan film yang dibuat hal ini bertujuan agar materi ajar dipersepsi secara utuh (komprehensif). Sesuai dengan pendapat Arsyad, (2014) dalam pembuatan film audio visual narasi yang diberikan singkat, padat dan sederhana. Tulisan tidak harus berupa kalimat lengkap. Pikiran frase yang dapat nmelengkapi visual atau tuntun siswa kepada hal-hal yang penting. Narasi harus dibaca dengan suara keras agar dapat dimengerti siswa.
Berdasarkan hasil penelitian kualitas air di perairan Sungai Landak Kecmatan Ngabang diketahui bahwa untuk parameter fisika pada pengamatan suhu diperoleh nilai rata-rata 28–28,33ºC artinya jika dilihat dari pengamatan suhu nilai yang diperoleh berada di bawah ambang batas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardoyo (dalam Alamanda, tanpa tahun) nilai yang normal bagi perkembangan fitoplankton di perairan tropis yaitu 21–35ºC. Sedangkan menurut pendapat Yazwar (dalam Alamanda, tanpa tahun) bahwa suhu berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan plankton dimana suhu yang optimal untuk pertumbuhan plankton 20-30ºC.
Pada pengamatan kecerahan nilai yang diperoleh 0,10–0,11m artinya nilai yang diperoleh berada di atas ambang batas. Sesuai dengan pendapat  Boyd (dalam Johan, 2011) perairan yang memiliki kecerahan 0,60m–0,90m dianggap cukup baik untuk menunjang kehidupan ikan dan organisme lainnya. Akan tetapi jika kecerahan <0,30m, maka dapat menimbulkan masalah bagi ketersediaan oksigen terlarut di perairan.
Pada parameter kimia yaitu pH nilai yang diperoleh adalah 6, artinya jika dilihat dari pH air nilai yang diperoleh berada di bawah ambang atas. Hal ini sesuai dengan ketetapan batas maksimal yang diizinkan oleh PP NO.28 Tahun 2001, dalam kriteria baku mutu air kelas II nilai maksimal pH adalah 6-9. Tetapi tidak produktif untuk kehidupan fitoplankton. Sesuai dengan pernyataan  Banerjea (dalam Johan, 2011) mengkatagorikan tingkat kesuburan perairan berdasarkan kisaran pH yaitu: 1) pH 5,5 – 6,5, tidak produktif (kurang baik), 2) pH 6,5 – 7,5 produktif (baik) dan 3) pH 7,5 – 8,5 sangat produktif (sangat baik) bagi kehidupan fitoplankton.
Pengukuran parameter biologi dilihat dari keberadaan fitoplankton. Ekosistem akuatik memegang peran penting untuk menyediakan sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk hidup. Berbagai parameter saling mempengaruhi terhadap kelangsungan hidup organisme air, parameter biologi yang berperan dalam menentukan mata rantai kehidupan organisme di dalam air adalah fitoplankton.  Fitoplankton merupakan makhluk yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang di dalam air dengan kemampuan renang yang sangat terbatas (Nontji dalam Handayani, 2009).
Kelimpahan fitoplankton total perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang adalah 132,67 (Ind/Lt) dan frekuensi kehadiran genus fitoplankton berturut-turut yaitu Hapalosiphon, Schizothrix, Dactylococopsis, Nitzschia, Hydrodiction, Fragillaria, Sticosiphon, Hyalotheca, Cladophora, Coconeis, Bambusina, Mougeotia, Uvella, Spirogyra, Oscillatoria, dan Chodatella. Untuk kelimpahan setiap genus fitoplankton dapat dikatakan merata karena tidak ada genus yang mendominasi perairan tersebut, hal ini disebabkan pada saat pengambilan sampel kondisi perairan pasang karena musim hujan dan aktifitas PETI tidak dilakukan, sehingga zat-zat berbahaya yang ada di perairan tersebut terbuang dengan mengikuti arus air yang mengalir, dan curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi kondisi perairan tersebut. Menurut Moyle (dalam Putri, 2014) mengatakan faktor yang berpengaruh terhadap kelimpahan plankton di perairan adalah musim. Musim penghujan dengan kadar curah hujan yang tinggi memiliki penetrasi cahaya, suhu yang rendah serta kekeruhan yang tinggi dibandingkan musim kemarau.
Indeks Dominansi (D) fitoplankton di Perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang tergolong rendah yaitu 0,12 artinya tidak ada genus yang mendominasi daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada genus yang mendominasi genus lainnya pada perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang. Sesuai dengan penjelasan Basmi (dalam Trijulianto, 2010) bila nilai D mendekati 0 (nol) berarti di dalam  struktur komunitas fitoplankton yang diamati tidak terdapat genus yang secara ekstrim mendominasi genus lainnya.
Indeks keragaman jenis (H’) fitoplankton di Perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang tergolong pada kategori sedang, dengan nilai bekisar 2,37, artinya kualitas perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang jika dilihat dari parameter biologi mengalami pencemaran air dengan tingkat pencemaran sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basmi (dalam Trijulianto, 2010), apabila keanekaragaman H’ berkisar 1-3 maka stabilitas biota dikatakan sedang dengan stabilitas dan jumlah individu yang kurang seragam. Menurut Wilam (dalam Sulastri, 2011) menyimpulkan bahwa nilai indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukkan suatu ekosistem secara ekologi lebih stabil dan sebaliknya indeks keanekaragaman yang lebih rendah suatu ekosistem secara ekologi kurang stabil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa media film pada sub materi pencemaran air didapat nilai rata-rata untuk materi sebesar 87,91 yang berarti materi dalam media sangat layak digunakan pada sub materi pencemaran air, untuk media sebesar 81,94 yang berarti film sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember, Sungai Landak Kecamatan Ngabang dikatakan mengalami pencemaran air hal ini dilihat dari parameter fisika yaitu kecerahan dengan nilai rata-rata 0,10-0,11m dan suhu dengan nilai rata-rata 28-28,33ºC, parameter kimia yaitu pH dengan nilai 6 dan parameter biologi dengan indeks keragaman jenis (H’) sebesar 2,37.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Perlu adanya kesadaran masyarakat untuk tidak lagi melakukan kegiatan PETI, tidak membuang sampah dalam air dan tidak mengotori perairan dengan hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran air. (2) Perlu dilakukan uji coba di dalam kelas untuk mengetahui keefektifan media film sebagai media pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Alamanda, S., Wiedarti, S., Triastinurmiatiningsih. (Tanpa tahun). Kualitas Air Dan Keanekaragaman Jenis Plankton Di Sungai Cisadane, Jawa Barat. Jurnal. Program Studi Biologi MIPA. Universitas Pekan Baru Bogor.
Arsyad, A. (2014).  Media Pembelajaran Edisi Revisi 16. Jakarta: Rajawali.
Bakri, H. (2011). Desain Media Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash CS3. Jurnal MEDTEK, Vol 3, No 2.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fahtomiaji, N.,Syamswisna., Ariyati. E. (2012). Penyusunan Penuntun Praktikum Pada Materi Pencemaran di SMA Berdasarkan Uji kualitas Air Sungai Kapuas. Artikel. Universitas Tanjungpura.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Fathir, R. (2012). Peran Bahasa Indonesia. (Online). http://fathiraditya.blogspot.co.id/2012/10/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html/. Diakses 29 Maret 2016.
Johan, TI.E,. (2011). Dampak Penambangan Emas Terhadap Kualitas Air Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Jurnal. Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau.
Kartini. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Disertai Media Film pada Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas X SMA Wisuda Pontianak. (Skripsi). Pontianak: Universitas Tanjungpura Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Mamonto, S.E. (2013). Sigi Tentang Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pembelajaran Akutansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 18 Surabaya. Artikel E-Journal UNESA. Surabaya.
Mujib. (2010). Kualitas Sungai Kapuas Berubah. (Online). http://www.pontianakpost.com/index/. Diakses 16 Febuari 2015.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Gudang Persada Press.
Nybakken, J.M. (1988). Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis  (Diterjemahkan oleh M.H Eidmar, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan D. Sukarjo). Jakarta : Gramedia.
Pato, O. (2008). Tinjuan Pustaka Fitoplankton. (Online). http://www.kumpulan-tinjauan-pustaka-fitoplankton.pato.html. Diakses 1 Maret 2015.
Prajoko, Sudarsiman, dan Sutarno. (2012). Pembelajaran Invertebrata Model Pbm dengan Menggunakan Multimedia Film Dokumenter dan Multimedia Animasi Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Kreativitas. Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa: UNS. (Online). (http://library.uns.ac.id/download/fp /invertebrata-film.pdf: diakses tanggal 1 Maret 2015).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal.
Putri, K.N,. Lukitasari, M., Widianto, J. (2014). Pengaruh Musim Hujan Terhadap Kelimpahan Fitoplankton Di Waduk Bening Saradan. Jurnal. Pendidikan Biologi MIPA, IKIP PGRI MADIUN.
Sachlan. (1982). Planktonologi. Correspondence Course Center.
Sadiman. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Graffindo Persada.
Shalwa. (2013). Struktur dan Komunitas Fitoplankton di Danau Biru Singkawang dan Implementasinya Pada Pembuatan Poster Sebagai Media Pemelajaran Pada Sub Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA. Desain Penelitian. Universitas Tanjungpura.
Subanri. (2008). Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan Gangguan Kesehatan Pada Penamangan Emas Sebagai Akibat Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ). Bandung: Alfabeta.
Sulastri. 2011. Perubahan Tempopolar Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Situ Lembang, Jawa Barat. Jurnal. Limnotek 18 (1):1-14.
Susilana, R dan Cepi, R. (2008). Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.
Triana, L., Nurjazul., Endah N.W. (2012). Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri Pada Air dan Udang di Sungai Mandor Kecamatan Mandor Kabipaten Landak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 11 No.2
Trijulianto, D. (2009). Struktur Komunitas Fitoplankton Di Perairan Hutan Mangrove Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Serta Implementasi Hasil Penelitian Dalam Pembuatan Media Poster Untuk Sub Materi Ekosistem Estuari Dikelas X SMA. Skripsi. Universitas Tanjungpura.
Wickstead, J.H. (1965). An Introduction to The Study of Tropical Plankton. London: Hutchinson Tropical Monographs.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar