PEMBUATAN
FILM KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI LANDAK SUBMATERI PENCEMARAN AIR KELAS VII
SMP
ARTIKEL
PENELITIAN
Oleh:
RIA
ANDARINI
NIM
F16111006

PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
PEMBUATAN
FILM KUALITAS AIR DI PERAIRAN SUNGAI LANDAK SUBMATERI PENCEMARAN AIR KELAS VII
SMP
Ria Andarini,
Basuki Hardigaluh, Eka Ariyati
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Untan
Email: Riaandarini0@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas air di perairan Sungai Landak Kecamatan
Ngabang dan mengetahui kelayakan film sebagai media pembelajaran. Bentuk
penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey. Penelitian ini mengacu pada
standar air kelas 2 berdasarkan PP 82 Tahun 2001. Hasil pengujian sampel
dilihat dari parameter fisika (suhu) berada di bawah ambang batas dengan nilai
rata-rata 28-28,33ºC sedangkan (kecerahan) dengan nilai rata-rata 0,10-0,11m
berada di atas ambang batas. Parameter kimia (pH) dengan nilai 6 artinya berada di bawah ambang batas
dan parameter biologi dilihat dari keberadaan fitoplankton dengan indeks keragaman jenis (H’) sebesar 2,37 artinya Sungai
Landak Kecamatan Ngabang mengalami pencemaran air dalam kategori sedang. Hasil
penelitian kualitas air tersebut digunakan dalam pembuatan media film. Berdasarkan
peneilaian validator, didapatkan nilai rata-rata total validasi materi 87,91
dan validasi media 81,94 yang bearti film layak digunakan sebagai media pembelajaran
pada sub materi pencemaran air kelas VII SMP.
Kata kunci: Kualitas
air, Film, Sub Materi Pencemaran Air.
Abstract: This research was purposed to find out the quality of
water in Landak river, Ngabang districts and determine the feasibility
of film as a medium of learning. Forms of
this study was a descriptive survey method. This
study refers to the second class water standards under Regulation 82 of 2001.
The test results of samples seen from physical parameters (temperature) is
below the threshold with the average value 28-28,33ºC while the (brightness)
with an average value of 0, 10-0,11m is above the threshold. Chemical
parameters (pH) with a score of 6 means that are below the threshold and
biological parameters seen from the presence of phytoplankton species diversity
index (H ') of 2.37 means Porcupine River District of Ngabang experiencing
water pollution in the medium category. The
research results of water quality used in the manufacture of film media. Based
peneilaian validator, a score is the average total material validation and
validation 87.91 81.94 media which shall mean the film fit for use as a medium
of learning in sub material water pollution class VII.
Keywords: Water
quality, Film, Sub Matter Air Pollution
P
|
embelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif
dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar (Susilana dan Cepi, 2008).
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu penyampaian pesan dari
guru kepada siswa yang berisi materi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara
efektif dan efesien sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pemilihan
metode pembelajaran juga mempengaruhi media pembelajaran yang akan
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu
sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar, karena
beranekaragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Pemilihan media yang akan digunakan sangat
berkaitan dengan metode mengajar yang akan digunakan. Kolaborasi yang baik
antara metode mengajar dan media pembelajaran akan membantu pencapaian tujuan
pembelajaran (Bakri, 2011).
Salah
satu media pembelajaran adalah media audio visual. Media pembelajaran audio
visual dapat berupa film. Film merupakan gambar–gambar dalam frame di mana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga
memberikan visual yang kontinu. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan
suara memberinya daya tarik tersendiri. Media film dapat menyajikan informasi,
menerapkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap
(Arsyad, 2014).
Menurut Sadiman (2008) hendaknya
dilakukan melalui pembuatan synopsis,
storyboard (perangkat dalam cerita), skrip
atau naskah program dan pembuatan skenario. Berikut penjelasnnnya mengenai
tahapan rangkaian kegiatan sebelum pembuatan film.
Berdasarkan hasil penelitian Kartini,
(2012) menyatakan bahwa film memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar siswa yang diperoleh hasil perhitungan effect size sebesar 1,62 dengan kriteria tinggi pada materi pencemaran
lingkungan. (Munadi, 2008). Sebab dengan menggunakan film siswa dapat melihat
dan mendengar secara bersamaan dan mengakibatkan siswa lebih mudah mengingat
daripada apa yang hanya dilihat atau didengar saja. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Prajoko, Sudarsiman, dan Sutarno (2012) tentang film sebagai
sumber belajar memperlihatkan hasil belajar pada materi invertebrata mencapai
ketuntasan belajar ≥ 70% dengan nilai ≥ 73. Adapun
isi film yang berhubungan dengan materi pencemaran air adalah dengan
menampilkan gambar air yang tercemar dan ditambah dengan hasil penelitian
kualitas air yang dilakukan di Sungai Landak Kecamatan Ngabang sehingga dapat
memberikan pengayaan materi pada sub materi pencemaran air.
Pembelajaran
pada sub materi pencemaran air ini biasanya diajarkan menggunkan media papan
tulis saja yang mana contoh dalam materi kebanyakan dicantukan berdasarkan buku
pegangan siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk membuat media berupa film,
mengingat pada kurikulm KTSP siswa diharapkan mampu menjelaskan apa yang
dimaksud dengan pencemaran air, bahaya dan cara mengatasi pencemaran air, sehingga
diperlukan inovasi media pembelajaran untuk menyajikan pengetahuan nyata atau
realistik yang menjadi potensi di daerah sendiri agar siswa memahami materi
yang disampaikan sehingga menimbulkan rasa peduli terhadap lingkungan yang
dapat berdampak pada upaya untuk menjaga kebersihan perairan yang ada.
Pembelajaran ini membutuhkan media pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Media dalam pembelajaran dapat
mendukung penyampaian materi sehingga dapat mengatasi keterbatasan jarak dan
waktu (Munadi, 2008). Adapun sekolah yang akan menjadi sasaran peneliti untuk
melakukan validasi media film adalah sekolah yang keberadaanya tidak jauh dari
perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang yaitu SMPN 1, SMPN 2 dan MTsN Ngabang,
hal ini bertujuan agar dapat memudahkan siswa dalam memahami isi materi.
Menurut
Fadiaz (1992) pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi atau komponen lain kedalam air dan berubahnya tatanan (komposisi)
air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran
air itu sendiri dapat dilihat dari parameter fisika, kimia dan biologi suatu
perairan. Parameter biologi dapat dilihat dari keberadaan fitoplankton. Fitoplankton
merupakan salah satu biota perairan yang rentan terhadap perubahan yang terjadi
pada lingkungan. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh
faktor fisika dan kimia perairan antara lain cahaya, suhu, kecerahan dan pH
(Mujib, 2010). Sungai Landak adalah salah satu
sungai yang berada di Kalimantan Barat yang memilki panjang (178 km) yang
bermuara pada Sungai Kapuas. Menurut Studi Air Baku Kalimantan Barat oleh
Kanwil PU Provinsi Kalimantan Barat
tahun 1966, dari volume air sebesar 274.628.200 m3 pertahun, tingkat
penggunaan air tersebut baru sekitar 22.321.325 m3 pertahun atau
sekitar 8%. Sungai-sungai tersebut memiliki nilai dan fungsi strategis bagi
masayrakat serta mempunyai peran yang sangat besar dalam era pembangunan di
daerah Kalimantan Barat (Subanri dalam Fahtomiaji, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Thamrin
Usman dari Universitas Tanjungpura tahun 2006 diketahui bahwa kandungan merkuri
di sepanjang Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya antara 0,0016-0,199 ppm, dan
pada beberapa biota sungai berkisar antara 0,15-3,37 ppm serta pada biota
sungai telah melebihi ambang batas. Menunjukkan bahwa sampel kepah (Corbiculata) dan kerang (Anadara granulosa) yang diambil dari
pasar di Kodya Pontianak telah terkontaminasi merkuri dengan kandungan sebesar
0,196 ppm dan 0,686 ppm. Badan Pengendalian Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(Bapedalda) Kalimantan Barat tahun 2006, menyimpulkan kualitas Sungai Kapuas
sudah tercemar berat logam merkuri dari limbah buangan penambangan emas.
Berdasarkan pemantauan 13 titik dan menyebut tak satupun wilayah yang di uji
memiliki kadar merkuri di bawah ambang batas normal sebesar 1 ppb. Titik
pengambilan seperti di Hilir Sungai Landak, Siantan Hulu, Muara Kapuas di
Jungkat, dan di parit depan Rumah Sakit Sudarso, secara keseluruhan kadar
merkurinya bahkan menunjukkan angka 40 ppb atau 40 kali batas normal (Triana,
2012).
Sungai
Landak Kecamatan Ngabang juga merupakan sumber daya air yang memiliki manfaat
yang sangat besar diantaranya sebagai transportasi, irigasi, sarana umum untuk
mandi, mencuci dan buang air. Selain itu, Sungai Landak Kecamatan Ngabang juga
digunakan oleh beberapa industri yang berada di bantaran sungai tersebut untuk
beroperasi, banyaknya aktivitas yang dilakukan di sekitar Sungai Landak
seringkali menyebabkan penurunan kualitas air. Air Sungai Landak Kecamatan
Ngabang dapat digolongkan kedalam air kelas dua, yaitu air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, perternakan, air untuk mengairi pertanaman dan peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP No, 82 Tahun
2001 Pasal 8).
Jika dilihat dari kondisi fisik air,
Sungai Landak dapat dikatakan mengalami pencemaran air hal ini dilihat dari
warna airnya yang berubah menjadi coklat. Perubahan warna air yang terjadi dikarenakan adanya kegiatan PETI
(Pertambangan Emas Tanpa Izin). Secara
resmi aktivitas pertambangan emas yang dikelola masyarakat tidak diizinkan oleh
pemerintah, Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di
sekitar lokasi PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu;
merkuri (Hg). Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji
emas dengan pasir, lumpur dan air, dimana merkuri yang sudah dipakai dari hasil
pengelolaan biji emas biasanya dibuang begitu saja di badan sungai dan konsekuensinya
badan Sungai Landak menjadi tempat wadah penampungan bahan beracun (B3) yaitu
merkuri (Hg) yang di berasal dari aktivitas PETI (Subanri, 2008).
Perubahan warna air Sungai Landak juga
berpengaruh pada kecerahan air, dimana kecerahan
dipengaruhi oleh zat-zat yang terlarut dalam perairan sehingga berhubungan
dengan penetrasi sinar matahari. Menurut Nybakken (1988) makin tinggi
kecerahan, maka intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan akan semakin
besar. Kecerahan perairan berlawanan dengan kekeruhan yang juga disebabkan
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikrooganisme lainnya. Akibat
kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu sistem pernafasan organisme akuatik dan dapat
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi, 2003). Banyaknya aktivitas manusia yang terjadi di kawasan Sungai
Landak Kecamatan Ngabang akan memberikan dampak terjadinya pencemaran air.
Ekosistem perairan merupakan bagian integral dari lingkungan hidup manusia yang
relatif banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia serta dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk kerusakan lingkungan. Segala aktifitas manusia
akan menyebabkan perubahan pada ekosistem sungai (Triatmodjo, 1999). Berdasarkan
latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian tentang “Pembuatan Film
Kualitas Air di Perairan Sungai Landak Submateri Pencemaran Air Kelas VII SMP”.
METODE
Penelitian
ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu kualitas air di perairan
sungai Landak dan tahap kedua pembuatan media film yang dilanjutkan dengan
validasi materi dan validasi media. Validator ahli materi terdiri dari dua
orang dosen Pendidikan Biologi FKIP Untan serta tiga orang guru SMP di
Kecamatan Ngabang yaitu guru IPA SMPN 1, SMPN 2 dan MTsN. Validator ahli media
terdiri dari satu orang dosen P.MIPA FKIP UNTAN, satu orang ahli IT dari SMPN 1
dan SMPN 2 kecamatan Ngabang. Menurut Mamonto, (2013) hasil validasi dapat
dianalisis menggunakan
skala likert dengan rumus:
K
= 

Keterangan :
K :Persentase kriteria
kelayakan
F :Jumlah keseluruhan jawaban responden
N :Skor
tertinggi dalam angket
I :Jumlah pertanyaan dalam angket
R :Jumlah
responden
Dari hasil
analisis diatas akan diperoleh kesimpulan tentang kelayakan media film pada sub
materi pencemaran air dengan kriteria yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut Riduwan (dalam Mamonto, 2013) :
Tabel 1
Kriteria
Interpretasi Skor
Skor
Persentase (%)
|
Interpretasi
|
0
– 25
|
Sangat
tidak layak
|
25
– 50
|
Tidak layak
|
50
– 75
|
Layak
|
75
– 100
|
Sangat layak
|
Tahap pertama penelitian ini adalah
kualitas air di perairan sungai Landak Kecamatan Ngabang. Pengambilan sampel
secara systematic sampling yaitu
berdasarkan kondisi lingkungan perairan tersebut (Sugiyono, 2011). Lokasi
pengambilan sampel dilakukan di 2 stasiun yaitu stasiun satu didekat tambang
emas dengan jarak 10 meter dari tambang emas dan stasiun 2 berjarak 20 meter
dari tambang emas, hal ini disebabkan pola penyebaran merkuri pada jarak 10 meter
sudah memberikan hasil yang tidak merata (Triana, 2012). Pada setiap stasiun
masing-masing dilakukan 3 kali ulangan yaitu dua kali di tepi sungai dan satu
kali tengah sungai, menurut Hadi (dalam Shalwa, 2013) pengambilan
sampel di bagian tengah sungai memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas air
sungai secara umum. Sampel fitoplankton yang didapat dibawa di laboratorium
Biologi FMIPA UNTAN untuk dilakukan identifikasi sampai pada tingkat genus
dengan menggunakan buku-buku identifikasi Wickstead (1964) dan Sachlan (1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian kualitas air di perairan sungai Landak Kecamatan Ngabang
diimplementasikan dengan membuat media film. Media film ini divalidasi ahli
materi dan ahli media. Penilaian validasi ahli materi untuk film meliputi aspek
umum dengan nilai 83,33
aspek pembelajaran dengan nilai 90,83 dan aspek substansi materi dengan nilai
86,67 (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisis data kevalidan menunjukan bahwa
media film ini masuk dalam kategori sangat layak dengan nilai 87,91. Penilaian
validasi ahli media untuk film meliputi aspek umum dengan nilai 80,56 aspek
rekayasa perangkat lunak dengan nilai 82,14 aspek komunikasi visual dengan
nilai 81,67 dan aspek komunikasi audio dengan nilai 83,33 (Tabel 3). Berdasarkan
hasil analisis data kevalidan menunjukkan bahwa media pembelajaran film ini
masuk kedalam kategori sangat layak dengan nilai 81,94.
Tabel 2
Data Analisis
Validasi Film Pada Sub materi Pencemaran Air Oleh Ahli Materi
Aspek
|
No.
Kriteria
|
Validator
|
Perhitungan
|
Ket
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Total
(F)
|
N x I x R
|
K
(%)
|
|||
Umum
|
1
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
50
|
60
|
83,33
|
SL
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
|||||
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
|||||
Pembelajaran
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
109
|
120
|
90,83
|
SL
|
5
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
|||||
6
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
|||||
7
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
|||||
8
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|||||
9
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
|||||
Substansi
Materi
|
10
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
52
|
60
|
86,67
|
SL
|
11
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
|||||
12
|
3
|
3
|
4
|
4
|
4
|
|||||
Kriteria
Interpretasi Skor
|
211
|
240
|
87,91
|
SL
|
Keterangan :
N
x I x R : Skor tertinggi x
jumlah pertanyaan x jumlah responden
K
(%) :
Persentase kriteria kelayakan
SL : Sangat Layak
L : Layak
TL : Tidak Layak
STL : Sangat Tidak Layak
Tabel 3
Data Analisis
Validasi Film Pada Sub materi Pencemaran Air Oleh Ahli Media
Aspek
|
No.
Kriteria
|
Validator
|
Perhitungan
|
Ket
|
|||||
1
|
2
|
3
|
Total
(F)
|
N x I x R
|
K
(%)
|
||||
Umum
|
1
|
2
|
4
|
3
|
29
|
36
|
80,56
|
SL
|
|
2
|
3
|
4
|
4
|
||||||
3
|
3
|
3
|
3
|
||||||
Rekayasa Lunak
|
4
|
3
|
3
|
3
|
69
|
84
|
82,14
|
SL
|
|
5
|
2
|
4
|
3
|
||||||
6
|
3
|
4
|
3
|
||||||
7
|
3
|
4
|
4
|
||||||
8
|
3
|
4
|
4
|
||||||
9
|
3
|
3
|
3
|
||||||
10
|
3
|
4
|
3
|
||||||
Komunikasi
visual
|
11
|
3
|
3
|
3
|
49
|
60
|
81,67
|
SL
|
|
12
|
2
|
4
|
3
|
||||||
13
|
4
|
4
|
3
|
||||||
14
|
3
|
4
|
3
|
||||||
15
|
3
|
4
|
3
|
||||||
Komunikasi
Audio
|
16
|
3
|
4
|
3
|
30
|
36
|
83,33
|
SL
|
|
17
|
3
|
4
|
3
|
||||||
18
|
3
|
4
|
3
|
||||||
Kriteria
Interpretasi Skor
|
177
|
216
|
81,94
|
SL
|
|||||
Keterangan
:
N
x I x R : Skor tertinggi x
jumlah pertanyaan x jumlah responden
K
(%) :
Persentase kriteria kelayakan
SL : Sangat Layak
L : Layak
TL : Tidak Layak
STL : Sangat Tidak Layak
Film
tersebut merupakan hasil implemntasi dari penelitian kualitas air di perairan Sungai
Landak Kecamatan Ngabang dengan melihat parameter fisika (pada pengamatan suhu)
berada di bawah ambang batas dengan nilai rata-rata 28-28,33ºC sedangkan (pada
pengamatan kecerahan) dengan nilai rata-rata 0,10-0,11m berada di atas ambang
batas. Parameter kimia (pH) nilai yang diperoleh adalah 6 artinya
berada di bawah ambang batas dan parameter biologi dilihat dari keberadaan
fitoplankton dengan indeks keragaman jenis (H’)
sebesar 2,37 artinya Sungai Landak Kecamatan Ngabang mengalami
pencemaran air dalam kategori sedang.
Pembahasan
Hasil penelitian kualitas air di
perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang dituangkan dalam bentuk film. Menurut
Susilana dan Cepi, (2009) film adalah serangkaian gambar diam (still picture) yang meluncur secara
cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film
yang dibuat berdurasi 12,54 menit digunakan untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari sub materi pencemaran air. Dalam film dipaparkan tentang pengertian
pencemaran air, bahaya dan cara mengatasi pencemaran air.
Pengujian validasi film ini dilakukan
oleh delapan validator. Lima validator untuk ahli materi dan tiga validator
ahli media. penilaian validasi ahli materi untuk film meliputi aspek umum,
aspek pembelajaran dan aspek subtansi materi. Menurut validator media ini perlu
perbaikan. Rata-rata untuk nilai aspek umum 83,33 yang artinya sangat layak
digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator bahasa yang digunakan
peneliti juga kurang komunikatif karena ada beberapa bahasa yang terlalu tinggi
untuk siswa. Contohnya pada penelitian
ini parameter biologi yang dilihat adalah fitoplankton, menurut validator kata
fitoplankton terlalu tinggi untuk siswa sehingga sebaiknya diceritakan apa yang
dimaksud dengan fitoplankton dan ciri-ciri serta fungsi fitoplankton tersebut
disuatu perairan. Hal ini dapat memudahkan siswa untuk mengerti isi film yang
disajikan. Bahasa merupakan alat komunikasi. Komunikasi
adalah tahapan lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna
jika orang yang menangkap komunikasi tidak mengerti apa yang disampaikan.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Oleh sebab
itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut
pandang sasaran tidak boleh terabaikan (Fathir, 2012). Menurut Arsyad,
(2014) agar dapat membantu proses belajar efektif, media harus selaras dan
sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
Rata-rata
untuk aspek pemelajaran adalah 90,83 artinya media sangat layak
digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator materi dengan gambar
sudah cukup jelas tetapi ada beberpa gambar yang kurang bagus yaitu bagian
jenis pencemaran air sehingga tidak memikat perhatian siswa. Sesuai dengan
pernyataan Arsyad, (2014) foto-foto untuk tujuan pembelajaran harus dapat
memikat perhatian siswa, misalnya foto-foto mengenai benda-benda atau objek
yang akrab dengan kehidupan siswa. Menurut validator media yang dibuat sudah
cukup mudah untuk dipahami tetapi ada beberapa bagian dari film yang sulit
untuk dipahami. Contohnya pada bagian awal film sebaiknya menjelaskan lokasi
tempat penelitian. Hal ini bertujuan agar siswa yang menonton mengetahui lokasi
tempat peneliti melakukan penelitian. Selain itu penyebab polusi utama yang
menyebabkan pencemaran air pada perairan
Sungai Landak Kecamatan Ngabang juga sebaiknya dijelaskan di awal film,
ini bertujan agar siswa yang menonton dapat mengetahui penyebab polusi utama
yang menyebabkan Sungai Landak mengalami pencemaran air. Menurut validator untuk memudahkan siswa
dalam memahami isi materi pada film sebaiknya ditampilkan perbandingan antara
perairan yang tercemar dengan perairan yang tidak tercemar. Dengan menampilkan
perbandingan air dibeda lokasi diharapkan dapat meninggkatkan daya ingat siswa
terhadap film yang ditontonnya. Daya ingat adalah suatu kemampuan untuk
mengingat apa yang telah diketahui Gie (dalam As’ad, tanpa tahun).
Rata-rata nilai untuk aspek subtansi
materi adalah 86,67 artinya media sangat layak digunakan sebagai media
pembelajaran. Menurut validator pada kebenaran materi secara teori dan kosep
sudah benar. Tetapi ada kata “pemulihan” pada bagian pembahasan tidak perlu
dicantumkan karena tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi pada perairan
Sungai Landak Kecamatan Ngabang. Kegiatan PETI yang terjadi pada perairan
Sungai Landak kecamatan Ngabang masih berlangsung dan hanya berhenti sesaat
jika terjadi musim penghujan sedangkan kata “pemulihan” adalah sesuatu kegiatan
yang terjadi dan telah berakhir sehingga kondisi perairan tersebut mengalami
pemulihan. Sedangkan pada pengertian, jenis dan contoh pencemaran air serta dampak
dan cara mengatasi pencemaran air sudah sesuai dengan teori dan konsep pada
buku yang diajarkan pada kelas VII SMP. Selain itu gambar yang ditampilkan
sesuai dengan kondisi perairan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Arsyad, (2014) kebenaran foto atau validitas foto menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya, bukalah foto yang dibuat-buat atau didramatisi. Selain itu foto
harus dapat memikat perhatian siswa.
Menurut validator media film yang dibuat
belum sesuain dengan isi materi hal ini dikarenakan pada tampilan film masih
ditampilkan bagian tahap penlitian karena tidak sesuai dengan tujuan
pemelajaran sebaiknya langsung dipaparkan mengenai hasil penelitian yang
menyatakan bahwa Sungai Landak Kecamatan Ngabang mengalami pencemaran air,
selain tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran bagian ini juga memakan banyak
waktu sehingga dapat memperlambat proses pembelajaran, film yang baik adalah
film yang menyajikan materi yang singkat, padat dan jelas. Menurut Arsyad,
(2014) dalam pembuatan media berbasis audio visual sebaiknya narasi tulisan
singkat, padat dan sederhana, setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata,
diperkirakan setiap kalimat memakan waktu satu tayang visual kurang lebih satu
10 detik.
Penilaian validasi media untuk film
meliputi aspek umum, aspek rekayasa perangkat lunak, aspek komunikasi visual
dan aspek komunikasi audio. Menurut validator media ini perlu perbaikan.
Rata-rata nilai untuk kriteria dari aspek umum adalah 80,56 artinya film sangat
layak digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut validator media yang dibuat
kurang kreatif dan inovatif hal ini dilihat dari monotonnya film yang dibuat.
Selain itu pada storyboard yang
dibuat gambar dan video yang persiapkan juga tidak terlalu banyak sehingga
tampilan film yang ditayangkan kurang menarik. Sesuai dengan pernyataan Arsyad,
(2014) dalam penyusunan storyboard
adalah semua audio dan grafik cocok dengan teks, lain pengantar dan pendahuluan
menampilkan penarik perhatian, urutan interaktif telah digabungkan, strategi
dan taktik belajar telah digabungkan, narasi singkat padat, program mendukung
latihan-latihan dan alur dan organisasi program mudah diikuti dan dimengerti.
Rata-rata nilai yang diperoleh untuk
aspek rekayasa perangkat lunak adalah 82,14 artinya media sangat layak digunakan
sebagai media pembelajaran. Menurut validator reliabilitas media yang dibuat
kurang baik karena kurang dapat diandalkan sebagai media pembelajaran hal ini
dilihat dari adanya tampilan pada film yang menayangkan tahap pengambilan
sampel. Sehingga siswa yang menonton film tersebut kurang fokus terhadap isi
materi pada film yang akan disampaikan. Sesuai dengan pernyataan Arsyad, (2014)
dalam pemilihan dan penggunaan media sebaiknya tujuan belajar yang ingin
dicapai dapat menolong perancangan dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini
akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok
dalam media pembelajaran. Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap
meliputi: petunjuk penggunaan dan desain program. Menurut validator pada dokumentasi
program media pembelajaran kurang jelas. Contohnya pada gambar jenis–jenis
pencemaran air terdapat 3 jenis pencemaran air yang kurang jelas yaitu gambar pencemaran mikroorganisme, pencemaran
bahan kimia organik dan bahan kimia anorganik kualitas ukuran gambar yang
digunakan terlalu kecil sehingga menyebabkan tampilan gambar pecah dan tidak
jelas. Menurut Arsyad, (2014) foto yang digunakan sebagai media pembelajaran
harus jelas dan ukuran yang memadai, karena dengan ketajaman dan kontras yang
baik yang dapat memberikan ketetapan dan rincian yang memadai untuk
menggambarkan kenyataan yang ditampilkan. Selain itu pada pengambilan video
pada film terlalu cepat sehingga dapat
membuat tampilan pada film kurang menarik perhatian siswa.
Rata-rata nilai untuk aspek komunikasi
visual adalah 81,67 artinya media layak digunakan sebagai media pembelajaran.
Menurut validator media yang dibuat belum kreatif dalam ide, hal ini diketahui
dari monotonnya film yang dibuat dan kurang bervariasi hal ini dikarenakan kurangnya
visual yang ditampilkan sehingga dapat membuat siswa bosan dalam menonton
film. Menurut Arsyad, (2014) untuk
visual yang kompleks siswa perlu diminta untuk mengamati, kemudian menganalisis
dan memikirkan informasi yang terkandung dalam visual itu.
Rata-rata aspek komunkasi audio adalah
83,33 artinya media film sangat layak digunakan sebagai media pemelajaran.
Menurut validator Backsound yang
digunakan sudah harmonis dan senada dengan tujuan film yang dibuat hal ini
bertujuan agar materi ajar dipersepsi secara utuh (komprehensif). Sesuai dengan
pendapat Arsyad, (2014) dalam pembuatan film audio visual narasi yang diberikan
singkat, padat dan sederhana. Tulisan tidak harus berupa kalimat lengkap.
Pikiran frase yang dapat nmelengkapi visual atau tuntun siswa kepada hal-hal
yang penting. Narasi harus dibaca dengan suara keras agar dapat dimengerti
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian kualitas
air di perairan Sungai Landak Kecmatan Ngabang diketahui bahwa untuk parameter fisika pada pengamatan
suhu diperoleh nilai rata-rata 28–28,33ºC artinya jika dilihat dari pengamatan
suhu nilai yang diperoleh berada di bawah ambang batas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wardoyo (dalam Alamanda, tanpa tahun) nilai yang normal bagi
perkembangan fitoplankton di perairan tropis yaitu 21–35ºC. Sedangkan menurut
pendapat Yazwar (dalam Alamanda, tanpa tahun) bahwa suhu berpengaruh langsung
terhadap perkembangan dan pertumbuhan plankton dimana suhu yang optimal untuk
pertumbuhan plankton 20-30ºC.
Pada
pengamatan kecerahan nilai yang diperoleh 0,10–0,11m artinya nilai yang
diperoleh berada di atas ambang batas. Sesuai dengan pendapat Boyd (dalam Johan,
2011) perairan yang memiliki kecerahan 0,60m–0,90m dianggap cukup baik untuk
menunjang kehidupan ikan dan organisme lainnya. Akan tetapi jika kecerahan
<0,30m, maka dapat menimbulkan masalah bagi ketersediaan oksigen terlarut di
perairan.
Pada parameter
kimia yaitu pH nilai yang diperoleh adalah 6, artinya jika dilihat dari pH air
nilai yang diperoleh berada di bawah ambang atas. Hal
ini sesuai dengan ketetapan batas maksimal yang diizinkan oleh PP NO.28 Tahun
2001, dalam kriteria baku mutu air kelas II nilai maksimal pH adalah 6-9.
Tetapi tidak produktif untuk kehidupan fitoplankton. Sesuai dengan pernyataan Banerjea (dalam Johan, 2011) mengkatagorikan tingkat kesuburan perairan
berdasarkan kisaran pH yaitu: 1) pH 5,5 – 6,5, tidak produktif (kurang baik),
2) pH 6,5 – 7,5 produktif (baik) dan 3) pH 7,5 – 8,5 sangat produktif (sangat
baik) bagi kehidupan fitoplankton.
Pengukuran parameter biologi dilihat
dari keberadaan fitoplankton. Ekosistem akuatik memegang peran penting untuk
menyediakan sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk hidup. Berbagai
parameter saling mempengaruhi terhadap kelangsungan hidup organisme air, parameter
biologi yang berperan dalam menentukan mata rantai kehidupan organisme di dalam
air adalah fitoplankton. Fitoplankton
merupakan makhluk yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang di dalam
air dengan kemampuan renang yang sangat terbatas (Nontji dalam Handayani,
2009).
Kelimpahan fitoplankton total perairan
Sungai Landak Kecamatan Ngabang adalah 132,67 (Ind/Lt) dan frekuensi kehadiran
genus fitoplankton berturut-turut yaitu Hapalosiphon,
Schizothrix, Dactylococopsis, Nitzschia, Hydrodiction, Fragillaria,
Sticosiphon, Hyalotheca, Cladophora, Coconeis, Bambusina, Mougeotia, Uvella,
Spirogyra, Oscillatoria, dan
Chodatella. Untuk kelimpahan setiap genus fitoplankton dapat dikatakan
merata karena tidak ada genus yang mendominasi perairan tersebut, hal ini
disebabkan pada saat pengambilan sampel kondisi perairan pasang karena musim
hujan dan aktifitas PETI tidak dilakukan, sehingga zat-zat berbahaya yang ada
di perairan tersebut terbuang dengan mengikuti arus air yang mengalir, dan
curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi kondisi perairan tersebut. Menurut
Moyle (dalam Putri, 2014) mengatakan faktor yang berpengaruh terhadap
kelimpahan plankton di perairan adalah musim. Musim penghujan dengan kadar
curah hujan yang tinggi memiliki penetrasi cahaya, suhu yang rendah serta
kekeruhan yang tinggi dibandingkan musim kemarau.
Indeks Dominansi (D) fitoplankton di
Perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang tergolong rendah yaitu 0,12 artinya
tidak ada genus yang mendominasi daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada genus yang mendominasi genus lainnya pada perairan Sungai Landak
Kecamatan Ngabang. Sesuai dengan penjelasan Basmi (dalam Trijulianto, 2010)
bila nilai D mendekati 0 (nol) berarti di dalam
struktur komunitas fitoplankton yang diamati tidak terdapat genus yang
secara ekstrim mendominasi genus lainnya.
Indeks keragaman jenis (H’) fitoplankton
di Perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang tergolong pada kategori sedang,
dengan nilai bekisar 2,37, artinya kualitas perairan Sungai Landak Kecamatan Ngabang
jika dilihat dari parameter biologi mengalami pencemaran air dengan tingkat
pencemaran sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basmi (dalam Trijulianto,
2010), apabila keanekaragaman H’ berkisar 1-3 maka stabilitas biota dikatakan
sedang dengan stabilitas dan jumlah individu yang kurang seragam. Menurut Wilam
(dalam Sulastri, 2011) menyimpulkan bahwa nilai indeks keanekaragaman yang
tinggi menunjukkan suatu ekosistem secara ekologi lebih stabil dan sebaliknya
indeks keanekaragaman yang lebih rendah suatu ekosistem secara ekologi kurang
stabil.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, disimpulkan bahwa media film pada sub materi pencemaran air
didapat nilai rata-rata untuk materi sebesar 87,91 yang berarti materi dalam
media sangat layak digunakan pada sub materi pencemaran air, untuk media
sebesar 81,94 yang berarti film sangat layak digunakan sebagai media
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember,
Sungai Landak Kecamatan Ngabang dikatakan mengalami pencemaran air hal ini
dilihat dari parameter fisika yaitu kecerahan dengan nilai rata-rata 0,10-0,11m
dan suhu dengan nilai rata-rata 28-28,33ºC, parameter kimia yaitu pH dengan
nilai 6 dan parameter biologi dengan indeks keragaman jenis (H’) sebesar 2,37.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan
saran sebagai berikut: (1) Perlu adanya kesadaran masyarakat untuk tidak lagi
melakukan kegiatan PETI, tidak membuang sampah dalam air dan tidak mengotori
perairan dengan hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran air. (2) Perlu dilakukan uji coba di dalam kelas untuk mengetahui
keefektifan media film sebagai media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Alamanda, S., Wiedarti, S.,
Triastinurmiatiningsih. (Tanpa tahun). Kualitas Air Dan Keanekaragaman Jenis
Plankton Di Sungai Cisadane, Jawa Barat. Jurnal.
Program Studi Biologi MIPA. Universitas Pekan Baru Bogor.
Arsyad, A. (2014). Media
Pembelajaran Edisi Revisi 16. Jakarta: Rajawali.
Bakri, H. (2011). Desain Media
Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash CS3. Jurnal MEDTEK, Vol 3, No 2.
Effendi,
H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fahtomiaji,
N.,Syamswisna., Ariyati. E. (2012). Penyusunan Penuntun Praktikum Pada Materi
Pencemaran di SMA Berdasarkan Uji kualitas Air Sungai Kapuas. Artikel. Universitas Tanjungpura.
Fardiaz, S. (1992). Polusi
Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Fathir, R. (2012). Peran Bahasa
Indonesia. (Online). http://fathiraditya.blogspot.co.id/2012/10/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html/.
Diakses 29 Maret 2016.
Johan, TI.E,. (2011). Dampak Penambangan Emas
Terhadap Kualitas Air Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi
Riau. Jurnal. Program Studi Ilmu
Lingkungan PPS Universitas Riau.
Kartini.
(2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah Disertai Media Film pada Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Hasil
Belajar Siswa di Kelas X SMA Wisuda Pontianak. (Skripsi). Pontianak:
Universitas Tanjungpura Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Mamonto, S.E. (2013). Sigi Tentang Penggunaan
Media Pembelajaran Pada Mata Pembelajaran Akutansi Kelas XI IPS di SMA Negeri
18 Surabaya. Artikel E-Journal UNESA. Surabaya.
Mujib. (2010). Kualitas Sungai Kapuas Berubah. (Online). http://www.pontianakpost.com/index/. Diakses 16
Febuari 2015.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Gudang Persada Press.
Nybakken, J.M. (1988). Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis
(Diterjemahkan oleh M.H Eidmar, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan
D. Sukarjo). Jakarta : Gramedia.
Pato, O. (2008). Tinjuan Pustaka Fitoplankton. (Online). http://www.kumpulan-tinjauan-pustaka-fitoplankton.pato.html. Diakses 1
Maret 2015.
Prajoko,
Sudarsiman, dan Sutarno. (2012). Pembelajaran
Invertebrata Model Pbm dengan Menggunakan Multimedia Film Dokumenter dan
Multimedia Animasi Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Kreativitas. Biologi,
Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Daya Saing
Bangsa: UNS. (Online). (http://library.uns.ac.id/download/fp
/invertebrata-film.pdf: diakses tanggal 1 Maret 2015).
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal.
Putri,
K.N,. Lukitasari, M., Widianto, J. (2014). Pengaruh Musim Hujan Terhadap
Kelimpahan Fitoplankton Di Waduk Bening Saradan. Jurnal. Pendidikan Biologi MIPA, IKIP PGRI MADIUN.
Sachlan. (1982). Planktonologi. Correspondence Course Center.
Sadiman. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta : PT. Raja Graffindo Persada.
Shalwa. (2013). Struktur dan Komunitas Fitoplankton di Danau Biru Singkawang dan
Implementasinya Pada Pembuatan Poster Sebagai Media Pemelajaran Pada Sub Materi
Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA. Desain Penelitian. Universitas
Tanjungpura.
Subanri. (2008). Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan
Gangguan Kesehatan Pada Penamangan Emas Sebagai Akibat Pertambangan Emas Tanpa
Izin (PETI) di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Tesis.
Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D ). Bandung: Alfabeta.
Sulastri. 2011. Perubahan Tempopolar
Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Situ Lembang, Jawa Barat. Jurnal. Limnotek 18 (1):1-14.
Susilana, R dan Cepi, R. (2008). Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.
Triana, L., Nurjazul., Endah N.W. (2012).
Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri Pada Air dan Udang di Sungai Mandor
Kecamatan Mandor Kabipaten Landak. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 11
No.2
Trijulianto, D. (2009). Struktur Komunitas Fitoplankton Di Perairan Hutan Mangrove Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya Serta Implementasi Hasil Penelitian Dalam Pembuatan Media
Poster Untuk Sub Materi Ekosistem Estuari Dikelas X SMA. Skripsi.
Universitas Tanjungpura.
Wickstead, J.H. (1965). An Introduction to The Study of Tropical Plankton. London:
Hutchinson Tropical Monographs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar