IMITASI PERBANDINGAN GENETIS
DI
SUSUN OLEH:
RIA ANDARINI
F16111006
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Mendel
melakukan sebuah eksperimen dengan mengunakan kacang ercis Hasil dari
persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan
keturunan kedua. Pada keturunan pertama
tidak muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput
muncul,jadi terdapat sifat yang dominan dan sifat resesif sifat yang dominan
ialah sifat yang tampak sedangkan sifat diantara dominan dan resefif(diantara)
dinamakan intermediet,dikenal juga ada hukum 1 mendel dan hukum 2 mendel dalam
melaukan percobaan ini yang inigin dilihat ialah gambaran tentang kemungkinan
gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak serta melakukan pengujian
lewat tes ,pada
percobaan ini mengunakan kancing genetika yang dianggap sebagai gamet dan
mengunakan perlakukan yang berbda-beda yaitu monohibrid dominan dan intermediet
serta dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata
dari data kelas dan data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai
dengan apabila nilai hitung lebih kecil
daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan
sebaliknya,pada persilangan data kelas monohibrid intermediet tidak sesuai
dengan hukum mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam
pengocokan sebelum mengambil kancing tidak merata.
Kata Kunci
hukum mendel,monohibrid dominan dan
intermediet,dihibrid dominan dan intermediet, hasil, tabel.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai
hereditas adalah hipotesis “pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik
yang disumbangkan kedua orang tua bercampur dengan cara didapatkannya warna
hijau dari pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksi bahwa
dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan
populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari,
dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata bertolak
belakang dengan prediksi tersebut. Sebuah alternative terhadap model
pencampuran ini adalah hipotesis penurunan sifat –“partikulat” (‘particulate”
inherintance) : ide tentang gen. Menurut model ini, orang tua membeikan unit –
unit warisan yang memiliki ciri sendiri – gen – yang tetap mempertahankan cirri
khusus ini pada keturunan. gen dapat dipilah dan diteruskan dari generasi ke
generasi, dalam bentuk yang tidak terbatas.
Analisis genetik pada suatu spesies akan lebih cepat
memberikan hasil apabila spesies tersebut memiliki cara yang efektif dalam
menggabungkan sifat kedua tetua (parental) persilangan ke dalam sifat
keturunannya. Sebagai contoh, organisme dengan sterilitas sendiri atau
sterilitas silang akan sulit menggabungkan sifat kedua tetua kepada
keturunannya sehingga organisme semacam ini semestinya tidak digunakan untuk
mempelajari pola pewarisan suatu sifat.
B. Tujuan
Percobaan
1. Mendapatkan
gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara
acak (radom)
2.
Melakukan pengujian
lewat tes X2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Seorang biarawan dari Austria,
bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad ke-19 melakukan serangkaian
percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum
sativum). Mendel menyilangkan tanaman kacang Ercis yang tinggi dengan yang
pendek, sehingga mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya tanaman
tinggi hasil persilangan dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya
memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek
sebesar 3:1.
Keuntungan dari penggunaan ercis
adalah waktu generasinya yang pendek dan jumlah keturunan yang banyak dari
setiap perkawinan. Selain itu, Mendel juga dapat mengontrol perkawinan antar
tanaman dengan ketat. Organ-organ reproduksi tanaman ercis terletak pada
bunganya, dan setiap bunga ercis memiliki organ penghasil polen (Stamen atau
benang sari) sekaligus organ pengandung sel telur (Karpel atau putik).
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman
homozigot yang berbeda satu sifat missal Mirabilis
jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan yang
berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang
kita sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot.
Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian
biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa
tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih,
jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu
kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji
dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang
berbunga putih. Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang
terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman
berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi. Dalam hal ini maka warna jambon
itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut
diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet.
Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai
hereditas adalah hipotesis “pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik
yang disumbangkan kedua orang tua bercampur dengan cara didapatkannya warna
hijau dari pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksi bahwa
dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan
populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari,
dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata bertoak
belakang dengan prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran juga gagal untuk
menjelaskan fenomena lain dari penurunan sifat , misalnya sifat – sifat yang
malompati sebuah generasi.
Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar tentang
pewarisan sifat dengan cara membiakkan ercis kebun dalam percobaan-percobaan
yang dirancang secara hati-hati, dengan meneliti ercis yang tersedia dalam
banyak varietas, misalnya satu varietas memiliki bunga ungu, sedangkan varietas
yang lain memiliki bunga putih. Sifat terwariskan yang berbeda-beda diantra
individu, misalnya warna bunga, disebut karakter. Setiap Varian untuk satu
karakter, misalnya warna ungu atau putih untuk bunga, disebut sifat (trait).
Dalam suatu
percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada
penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih
bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan
itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan
genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.
Peluang
menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam
ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada
hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut
diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak
esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square
degan rumus sebagai berikut:
X2 = ∑ (O-E)2 / E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
Seringkali percobaan
perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dengan
hukum Mendel. Untuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau disebut
juga dengan Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi ( ƒ ).Untuk
memudahkan mengingatnya dikatakan test X.
Peristiwa
yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak
mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi
terjadinya peristiwa lain. Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang
diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra
betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan
pemisahan alel secara bebas.
Pada
kenyataanya nisbah teortis yang merupakan peluang diperolehnya suatu hasil
percobaan persilangan tidak selalu terpenuhi. Penyimpangan (devisiasi) yang
terjadi bukan sekedar modifikasi terhadap nisbah Mendel seperti yang telah
diuraikan di atas, melainkan sesuatu yang adakalanya tidak dapat diterangkan
secara teori.
Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih
memenuhi nisbah teoretis ( 9:3:3:1) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu
dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji X2 (Chi-square
test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit). apabila X2h
lebih kecil daripada X2t dengan peluang tertentu
(0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah
Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar daripada X2t,
maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel
pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05).
Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk
mengetahui/menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Syaratnya
yaitu Kelompok yang dibandingkan independen dan Variabel yang dihubungkan
katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu Ada tidaknya asosiasi
antara 2 variabel (Independent test), Apakah suatu kelompok homogen atau tidak
(Homogenity test), dan Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data
(Goodness of fit test) .
BAB III
METEDOLOGI
A.
Alat dan Bahan
Kancing genetika yang berukuran sama
tetapi warnanya berlainan. Pada tes monohidrid terdapat 6 kancing merah dan6
kancing putih. Sedangkan pada percobaan dihidrid terdapat 5 kancing Merah-hijau,
5 kancing merah-kuning, 5 kancing Kuning-putih, 5 kancing hijau-putih. kancing
tersedut dimasukan kedalam gelas dan di ambil secara acak.
B.
Cara kerja
1.
Monohidrid dominan
Gojong kantong. Ambil satu kancing dari gelas
tersebut. Angap warna merah M (dominan) dan warna putih m (resesif). Catat
genotip dan fenotip. Lakukan pengulangan selama 12 kali untuk setiap individu,
selanjutnya gabungkan dengan data kelas.analisis menggunakan X2.
2.
Monohidrid intermedit
Ulangi prosedur percobaan pada percobaan pertama,
namun kali ini angaplah persilangan yang terjadi adalah persilangan intermedit.
3.
Dihidrid dominan
Gonjong kantong. Kancing merah mewakili gen dominan
(M), putih resesif (m), Kuning dominan
(N), dan hijau resesif (n). Catat genotip dan fenotip. Lakukan
pengulangan selama 12 kali untuk setia individu, gabungkan dengan data kelas
dan lakukan analisis menggunakan X2.
4.
Dihidrid intermediet
Ulangi prosedur pada pergerjaan percobaan untuk
dihidrid dominan namun kali ini angaplah persilangan yang terjadi adalah
intermedit.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Data individu
§
Monohidrid
dominan
No
|
Fenotip
|
Jumlah
|
1
|
Merah
|
7
|
2
|
Putih
|
5
|
Perhitungan X2 Data
Individu Monohibrid Dominan
Fenotipe
|
O
|
e
|
d
|
d2
|
|
Merah
|
7
|
9
|
-2
|
4
|
(4/9) + (4/3) = 1,77
|
Putih
|
5
|
3
|
2
|
4
|
DB
= 2-1=1
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana X2 tabel
(0.05)
=3, 84. Karena X2 hitung = 1,77
< X2
tabel = 3,84, maka hasil persilangan yang
diuji memenuhi hukum Mendel.
§ Monohidrid intermediet
No
|
Fenotip
|
Jumlah
|
1
|
Merah
|
3
|
2
|
Pink
|
6
|
3
|
Putih
|
3
|
Perhitungan
X2 Data Individu Monohibrid intermediet
Fenotipe
|
O
|
e
|
d
|
d2
|
|
Merah
|
3
|
3
|
0
|
0
|
(0/3)
+ (0/6) + (0/3) =
0
|
Pink
|
6
|
6
|
0
|
0
|
|
Putih
|
3
|
3
|
0
|
0
|
DB = 3-1=2
Nilai X2
hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana X2 tabel
(0.05)
=5,99. Karena X2 hitung = 0
< X2 tabel = 5,99 maka hasil persilangan yang diuji
memenuhi
hukum Mendel.
§ Dihidrid dominan penuh
No
|
Fenotipe
|
Jumlah
|
1
|
Merah, Tinggi
|
6
|
2
|
Merah, Pendek
|
4
|
3
|
Putih, Tinggi
|
2
|
4
|
Putih, Pendek
|
0
|
Perhitungan X2 Data Individu Dihibrid
Dominan Penuh
Fenotipe
|
O
|
e
|
d
|
d2
|
|
Merah,
Tinggi
|
6
|
6,75
|
-0,75
|
0,5625
|
(0,5625/6,75)
+ (3,0625/2,25) + (6,25/2.25) + (0,5625/0,75)= 4,97
|
Merah, Pendek
|
4
|
2,25
|
1,75
|
3,0625
|
|
Putih, Tinggi
|
2
|
2,25
|
2,5
|
6,25
|
|
Putih, Pendek
|
0
|
0,75
|
-0,75
|
0,5625
|
DB = 4-1=3
Jadi, X2
tabel (0.05) = 7,82. KarenaX2 hitung
=4,97.<
X2 tabel = 7,82,
maka hasil persilangan yang diuji memenuhi
hukum Mendel.
§ Dihidrit intermediet
No
|
Genotipe
|
Fenotipe
|
Jumlah
|
1
|
MMNN
|
Merah, Tinggi
|
1
|
2
|
MMNn
|
Merah, Sedang
|
0
|
3
|
MmNN
|
Pink, Tinggi
|
4
|
4
|
MMnn
|
Merah, Pendek
|
0
|
5
|
MmNn
|
Pink, Sedang
|
3
|
6
|
Mmnn
|
Pink, Pendek
|
1
|
7
|
mmNn
|
Putih, Sedang
|
3
|
8
|
mmnn
|
Putih, Pendek
|
0
|
9
|
mmNN
|
Putih,tinggi
|
0
|
Perhitungan X2 Data Individu Dihibrid
Intermediet
Fenotipe
|
O
|
e
|
D
|
d2
|
|
Merah, Tinggi
|
1
|
0,75
|
0,25
|
0,0625
|
(0,0625/0,75)+ (6,25/1,5) + (2,25/1,5)
+ (0/3) + (0,5625/0,75) + (2,25/1,5) + (0,5625/0,75) + (1,5625/0,75) + (0,25/1,5)
= 10,98
|
Pink, Tinggi
|
4
|
1,5
|
2,5
|
6,25
|
|
Merah, Sedang
|
0
|
1,5
|
-1,5
|
2,25
|
|
Pink, Sedang
|
3
|
3
|
0
|
0
|
|
Putih, Tinggi
|
0
|
0,75
|
-0,75
|
0,5625
|
|
Putih, Sedang
|
3
|
1,5
|
1,5
|
2,25
|
|
Putih, Pendek
|
0
|
0,75
|
-0,75
|
0,5625
|
|
Merah, Pendek
|
2
|
0,75
|
1,25
|
1,5625
|
|
Pink, Pendek
|
1
|
1,5
|
-0,5
|
0,25
|
DB=
9-1=8
Nilai
X2 hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana
X2 tabel (0.05) =15,51. Karena X2 hitung
= 10,98
< X2 tabel =15,51, maka hasil
persilangan yang diuji
memenuhi
hukum Mendel.
Data Kelas Monohibrid Dominan Penuh
No
|
Fenotipe
|
Jumlah
|
1
|
Merah
|
259
|
2
|
Putih
|
77
|
Perhitungan Data Kelas Monohibrid Dominan Penuh
Fenotipe
|
O
|
e
|
D
|
d2
|
|
Merah
|
259
|
252
|
7
|
49
|
(49/252)
+ (49/84) =0,777
|
Putih
|
77
|
84
|
-7
|
49
|
DB=2-1=1
Nilai
X2 hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana X2 tabel
(0.05)
=3,84. Karena X2 hitung = 0,777
<
X2 tabel =3,84, maka hasil persilangan
yang diuji
memenuhi
hukum Mendel.
Tabel 6. Data Kelas Monohibrid
Intermediet
No
|
Fenotipe
|
Jumlah
|
1
|
Merah
|
100
|
2
|
Pink
|
156
|
3
|
Putih
|
80
|
Perhitungan Data Kelas Monohibrid Intermediet
Fenotipe
|
O
|
e
|
d
|
d2
|
|
Merah
|
100
|
84
|
16
|
256
|
(256/84)
+ (144/168) + (4/84) = 3,93
|
Pink
|
156
|
168
|
-12
|
144
|
|
Putih
|
80
|
84
|
-4
|
4
|
DB=3-1=2
Nilai
X2 hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana
X2 tabel (0.05) =5,99. Karena X2 hitung
= 3,93
<
X2 tabel =5,99, maka hasil persilangan
yang diuji
Tidak memenuhi hukum Mendel.
Tabel 7. Data Kelas Dihibrid
Dominan Penuh
No
|
Fenotipe
|
Jumlah
|
1
|
Merah, Tinggi
|
196
|
2
|
Merah, Pendek
|
63
|
3
|
Putih, Tinggi
|
69
|
4
|
Putih, Pendek
|
8
|
Perhitungan Data Kelas Dihibrid Dominan Penuh
Fenotipe
|
O
|
e
|
d
|
d2
|
|
Merah,
Tinggi
|
196
|
189
|
7
|
49
|
(49/189)
+ (0/63) + (36/63) + (169/21) = 8,86
|
Merah,
Pendek
|
63
|
63
|
0
|
0
|
|
Putih,
Tinggi
|
69
|
63
|
6
|
36
|
|
Putih,
Pendek
|
8
|
21
|
-13
|
169
|
DB= 4-1 =3
Nilai
X2 hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana
X2 tabel (0.05) =7,82. Karena X2 hitung
= 8,86
> X2 tabel =7,82, maka hasil
persilangan yang diuji
tidak sesuai dengan hukum Mendel.
Tabel 8. Data Kelas Dihibrid
Intermediet
No
|
Fenotipe
|
Jumlah
|
1
|
Merah, Tinggi
|
26
|
2
|
Merah, Sedang
|
52
|
3
|
Merah, Pendek
|
19
|
4
|
Pink, Tinggi
|
52
|
5
|
Pink, Sedang
|
99
|
6
|
Pink, Pendek
|
37
|
7
|
Putih, Tinggi
|
3
|
8
|
Putih, Sedang
|
43
|
9
|
Putih, Pendek
|
5
|
Perhitungan X2 DataKelompok Dihibrid Intermediet
Fenotipe
|
O
|
e
|
d
|
d2
|
|
Merah, Tinggi
|
26
|
21
|
5
|
25
|
(25/21) + (100/42) +
(4/21) + (100/42) + (225/84) +(25/42) + (324/21) + (1/42) + (256/21) =37, 03
|
Merah, Sedang
|
52
|
42
|
10
|
100
|
|
Merah, Pendek
|
19
|
21
|
-2
|
4
|
|
Pink, Tinggi
|
52
|
42
|
10
|
100
|
|
Pink, Sedang
|
99
|
84
|
15
|
225
|
|
Pink, Pendek
|
37
|
42
|
-5
|
25
|
|
Putih, Tinggi
|
3
|
21
|
-18
|
324
|
|
Putih, Sedang
|
43
|
42
|
1
|
1
|
|
Putih, Pendek
|
5
|
21
|
-16
|
256
|
DB
= 9-1=8
Nilai
X2 hitung dibandingkan dengan nilai
X2 tabel
dimana X2 tabel
(0.05)
= 15,51. Karena X2 hitung = 37,03 >
X2 tabel =15,51, maka hasil
persilangan yang diuji tidak
sesuai dengan hukum Mendel.
B.
Pembahasan
Pada prakikum kali ini ilah tentang imitasi
perbandingan genetis percobaan mendel yang mana pada percobaan ini mengunakan
empat perlakukan yang berbeda ialah monohibrid dominan,monohibrid
intermediet,dihibrid dominan dan dihibrid intermediet.percobaan ini mengunaka
kancing yag digojog tujuan dari pengocokan ini ialah agar kita melakukan
randomisasi,selain itu kita juga tidak boleh melihat/mengintip apabila kita
ingin mengambil kancing tersebut sehingga data yang didapatkan benar-benar
akurat.
monohibrid identik dengan hukum
mendel 1 sedangkan dihibrid identik dengan hukum Mendel 2.persilanga dominan
dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penyilangan kita mendapatka hasil yang
salah satunya membawa sifat dominan dari induknya,sedangkan untuk intermediet
hasil yang didapatkan ialah keturunan yang tidak mirip dengan salah satu sifat
induknya, tetapi sifat keturunannya berada di antara sifat kedua induknya yang
disebut sifat antara atau intermediet.
Pada
percobaan mengunakan kancing yang diibaratkan gamet ini mengunakan data kelas
dan data pribadi yaitu dengan tjuan agar dapat membandingkan ,antara data masing-masing orang dan kelas sehingga akan terlihat apakah ada
perbedaan antara data kelas dan data individu.
Pada data kelas yang
monohibrid dominan didapatka hasil yang sesuai dengan hukum mendel karena nilai
hitung lebih kecil daripada nilai tabel pada
df1 yaitu 0,777 dan 3,84,pada perilangan monohibrid dominan ini hasil ynag
paling banyak muncul ialah warna merah,sedangkan untuk data kelas dihibrid
dominan hasil yang didapatka juga sesuai dengan hukum mendel 2 karena nilai
8,86 dan tabel pada df3 ialah 7,82 yang artinya nilai hitung lebih besar dari tabel pada df3 dengan
genotip yang paling sering muncul ialah MMNN dan genotip yang terbanyak ialah
mmnn.
Data kelas pada monohibrid intermediet hasil percobaanya tidak sesuai dengan nisbah
hukum mendel karena nilai hitung yaitu
3,93 lebih kecil daripada nilai pada
tabel pada df3 ialah 5,99.dengan genotip yang domina ialah Mm. untuk
dihibrid intermediet hasil yang didapatkan ialah tidak sesuai dengan nisbah
mendel karena nilai pada hitung yaitu
37,03 lebih besar dibandingkan dengan tabel pada df8 ialah 15,51 ,dengan genotip yang paling sering muncul ialah MmNn.
Untuk
data pribadi pada monohibrid dominan hasil percobaanya sesuai dengan nisbah
mendel karena nilai dengan nilai 1,77 lebih kecil dibandingkan dengan nilai
tabel pada df1 ialah 3,84 dengan genotip yang paling banyak ialah MM yang tidak
berbeda jauh dengan mm.untuk dihibrid dominan hasil yang didaptkan juga tidak sesuai
dengan nisbah mendel 2 hal ini disebabkan karena nilai hitung yaitu 4,97 lebih
kecil dibandingkan dengan nilai pada tabel pada df1 yaitu 7,82,dengan genotip
yang paling banyak ilalah MMNN.
Sedangkan untuk monohibrid
intermediet hasil yang didaptka juga sesuai dengan hukum mendel yaitu nilali
dari hitung yaitu 0 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df2 yaitu
5,99,untuk dihibrid intermediet hasil
yang didapatkan pun sesuai dengan hukum mendel hal dapat dilihat nilai
dari hitung yaitu 10,98 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df515,51.
Hasil percobaan yang telah dilakukan
dan hasilnya tidak sesuai dengan hukum mendel dapat disebabkan karena dalam
melakukan percobaanya kurang randomisasi ini dapat disebabkan karena dalam
melakuan pengjokan praktikan kurang lama atau mungkin dalam mealakukan
percobaanya kancingnya tidak di gojog sehingga menyebabkan data yang didapat
ada yang lebih dominan atau perbangingan antara genotip satu dengan yang lainya
berbeda jauh.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut
dapat ditarik beberapa kesimpulan daintra nya ialah hasil percobaanya sesuai
dengan hukum mendel apabila hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel,dan sebaliknya pabila
hasil percobaan tidak sesuai dengan hukum mendel maka nilai pada hitung lebih
besar daripada nilai pada tabel.
Apabila hasil yang didaptka tidak
sesuai dengan hukum mendel dapat disebkan karena pengocokan yang kita lakukan
sebelum mengambil kancing kurang merata,dari hasil yang di dapatkan bahwa
rata-rata hasil yang didaptka sesuai dengan hukum mendel baik pada data kelas
maupun data pribadi,akan tetapi pada data kelas monohibrid intermediet dapat
terlihat dari nilai yang lebih besar
daripada nilai tabel.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
N.A, Reece, Jane,B., dan Mitchell, Lawrence, G., 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Erlangga. Jakarta
Didjosepoetro.1974.Pengantar Genitika.
DeptDikBud: Jakarta
Irham, 2012.
http://irhamlone24.blogspot.com/2012/11/imitasi-perbandingan-genetis.html. diaskes
pada hari sabtu 19 Oktober 2013 pukul 06:20 WIB.
Lia,sipit.2013. http://lia-sipit.blogspot.com/2013/02/imitasi-perbandingan-gen.html.
diaskes pada hari sabtu 19 Oktober 2013 pukul 06:24 WIB.
Nuraini,
Tuti, 2008, Genetika Dasar (Mendelisme),
http://shiroi-kiba.blogspot.
com, diakses pada hari Sabtu 19 oktober
2013 pukul 06:24 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar