Sabtu, 14 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2




IMITASI PERBANDINGAN GENETIS


DI SUSUN OLEH:
RIA ANDARINI
F16111006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013



ABSTRAK
Mendel melakukan sebuah eksperimen dengan mengunakan kacang ercis Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan keturunan kedua. Pada  keturunan pertama tidak muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi terdapat sifat yang dominan dan sifat resesif sifat yang dominan ialah sifat yang tampak sedangkan sifat diantara dominan dan resefif(diantara) dinamakan intermediet,dikenal juga ada hukum 1 mendel dan hukum 2 mendel dalam melaukan percobaan ini yang inigin dilihat ialah gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak serta melakukan pengujian lewat tes ,pada percobaan ini mengunakan kancing genetika yang dianggap sebagai gamet dan mengunakan perlakukan yang berbda-beda yaitu monohibrid dominan dan intermediet serta dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata dari data kelas dan data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai dengan apabila nilai  hitung lebih kecil daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan sebaliknya,pada persilangan data kelas monohibrid intermediet tidak sesuai dengan hukum mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam pengocokan sebelum mengambil kancing tidak merata.

Kata Kunci

hukum mendel,monohibrid dominan dan intermediet,dihibrid dominan dan intermediet,  hasil, tabel.









BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah hipotesis “pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik yang disumbangkan kedua orang tua bercampur dengan cara didapatkannya warna hijau dari pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksi bahwa dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari, dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata bertolak belakang dengan prediksi tersebut. Sebuah alternative terhadap model pencampuran ini adalah hipotesis penurunan sifat –“partikulat” (‘particulate” inherintance) : ide tentang gen. Menurut model ini, orang tua membeikan unit – unit warisan yang memiliki ciri sendiri – gen – yang tetap mempertahankan cirri khusus ini pada keturunan. gen dapat dipilah dan diteruskan dari generasi ke generasi, dalam bentuk yang tidak terbatas.
Analisis genetik pada suatu spesies akan lebih cepat memberikan hasil apabila spesies tersebut memiliki cara yang efektif dalam menggabungkan sifat kedua tetua (parental) persilangan ke dalam sifat keturunannya. Sebagai contoh, organisme dengan sterilitas sendiri atau sterilitas silang akan sulit menggabungkan sifat kedua tetua kepada keturunannya sehingga organisme semacam ini semestinya tidak digunakan untuk mempelajari pola pewarisan suatu sifat.

B.     Tujuan Percobaan
1.      Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak (radom)
2.      Melakukan pengujian lewat tes X2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Mendel menyilangkan tanaman kacang Ercis yang tinggi dengan yang pendek, sehingga mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya tanaman tinggi hasil persilangan dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3:1.
Keuntungan dari penggunaan ercis adalah waktu generasinya yang pendek dan jumlah keturunan yang banyak dari setiap perkawinan. Selain itu, Mendel juga dapat mengontrol perkawinan antar tanaman dengan ketat. Organ-organ reproduksi tanaman ercis terletak pada bunganya, dan setiap bunga ercis memiliki organ penghasil polen (Stamen atau benang sari) sekaligus organ pengandung sel telur (Karpel atau putik).
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot. Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih. Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi. Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet.
Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah hipotesis “pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik yang disumbangkan kedua orang tua bercampur dengan cara didapatkannya warna hijau dari pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksi bahwa dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari, dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata bertoak belakang dengan prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran juga gagal untuk menjelaskan fenomena lain dari penurunan sifat , misalnya sifat – sifat yang malompati sebuah generasi.
Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar tentang pewarisan sifat dengan cara membiakkan ercis kebun dalam percobaan-percobaan yang dirancang secara hati-hati, dengan meneliti ercis yang tersedia dalam banyak varietas, misalnya satu varietas memiliki bunga ungu, sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat terwariskan yang berbeda-beda diantra individu, misalnya warna bunga, disebut karakter. Setiap Varian untuk satu karakter, misalnya warna ungu atau putih untuk bunga, disebut sifat (trait).
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X2 = ∑ (O-E)2 / E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Untuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau disebut juga dengan Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi ( ƒ ).Untuk memudahkan mengingatnya dikatakan test X.
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa lain. Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas.
Pada kenyataanya nisbah teortis yang merupakan peluang diperolehnya suatu hasil percobaan persilangan tidak selalu terpenuhi. Penyimpangan (devisiasi) yang terjadi bukan sekedar modifikasi terhadap nisbah Mendel seperti yang telah diuraikan di atas, melainkan sesuatu yang adakalanya tidak dapat diterangkan secara teori.
Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoretis ( 9:3:3:1) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji X2 (Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit). apabila X2h lebih kecil daripada X2t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar daripada X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05).
Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk mengetahui/menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Syaratnya yaitu Kelompok yang dibandingkan independen dan Variabel yang dihubungkan katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu Ada tidaknya asosiasi antara 2 variabel (Independent test), Apakah suatu kelompok homogen atau tidak (Homogenity test), dan Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data (Goodness of fit test) .



BAB III
METEDOLOGI
A.    Alat dan Bahan
Kancing genetika yang berukuran sama tetapi warnanya berlainan. Pada tes monohidrid terdapat 6 kancing merah dan6 kancing putih. Sedangkan pada percobaan dihidrid terdapat 5 kancing Merah-hijau, 5 kancing merah-kuning, 5 kancing Kuning-putih, 5 kancing hijau-putih. kancing tersedut dimasukan kedalam gelas dan di ambil secara acak.
B.     Cara kerja
1.      Monohidrid dominan
Gojong kantong. Ambil satu kancing dari gelas tersebut. Angap warna merah M (dominan) dan warna putih m (resesif). Catat genotip dan fenotip. Lakukan pengulangan selama 12 kali untuk setiap individu, selanjutnya gabungkan dengan data kelas.analisis menggunakan X2.
2.      Monohidrid intermedit
Ulangi prosedur percobaan pada percobaan pertama, namun kali ini angaplah persilangan yang terjadi adalah persilangan intermedit.
3.      Dihidrid dominan
Gonjong kantong. Kancing merah mewakili gen dominan (M), putih resesif (m), Kuning dominan  (N), dan hijau resesif (n). Catat genotip dan fenotip. Lakukan pengulangan selama 12 kali untuk setia individu, gabungkan dengan data kelas dan lakukan analisis  menggunakan X2.
4.      Dihidrid intermediet
Ulangi prosedur pada pergerjaan percobaan untuk dihidrid dominan namun kali ini angaplah persilangan yang terjadi adalah intermedit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Data individu

§  Monohidrid dominan
No
Fenotip
Jumlah
1
Merah
7
2
Putih
5

 Perhitungan X2 Data Individu Monohibrid Dominan
Fenotipe
O
e
d
d2
Merah
7
9
-2
4
(4/9) + (4/3) = 1,77
Putih
5
3
2
4
DB = 2-1=1
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel  
dimana X2 tabel (0.05) =3, 84. Karena X2 hitung = 1,77
 < X2 tabel = 3,84, maka hasil persilangan yang
diuji memenuhi hukum Mendel.
§  Monohidrid intermediet
No
Fenotip
Jumlah
1
Merah
3
2
Pink
6
3
Putih
3
Perhitungan X2 Data Individu Monohibrid intermediet
Fenotipe
O
e
d
d2
Merah
3
3
0
0
(0/3) + (0/6) + (0/3) =
0
Pink
6
6
0
0
Putih
3
3
0
0
DB = 3-1=2
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel
 dimana X2 tabel (0.05) =5,99.  Karena X2 hitung = 0
 < X2 tabel = 5,99  maka hasil persilangan yang diuji
memenuhi hukum Mendel.
§  Dihidrid dominan penuh
No
Fenotipe
Jumlah
1
Merah, Tinggi
6
2
Merah, Pendek
4
3
Putih, Tinggi
2
4
Putih, Pendek
0

Perhitungan X2 Data Individu Dihibrid Dominan Penuh
Fenotipe
O
e
d
d2
Merah, Tinggi
6
6,75
-0,75
0,5625
(0,5625/6,75) + (3,0625/2,25) + (6,25/2.25) + (0,5625/0,75)= 4,97
Merah, Pendek
4
2,25
1,75
3,0625
Putih, Tinggi
2
2,25
2,5
6,25
Putih, Pendek
0
0,75
-0,75
0,5625
DB = 4-1=3
Jadi, X2 tabel (0.05) = 7,82. KarenaX2 hitung =4,97.< X2 tabel = 7,82,
 maka hasil persilangan yang diuji memenuhi hukum Mendel.
§  Dihidrit intermediet
No
Genotipe
Fenotipe
Jumlah
1
MMNN
Merah, Tinggi
1
2
MMNn
Merah, Sedang
0
3
MmNN
Pink, Tinggi
4
4
MMnn
Merah, Pendek
0
5
MmNn
Pink, Sedang
3
6
Mmnn
Pink, Pendek
1
7
mmNn
Putih, Sedang
3
8
mmnn
Putih, Pendek
0
9
mmNN
Putih,tinggi
0





Perhitungan X2 Data Individu Dihibrid Intermediet
Fenotipe
O
e
D
d2
Merah, Tinggi
1
0,75
0,25
0,0625
(0,0625/0,75)+ (6,25/1,5) + (2,25/1,5) + (0/3) + (0,5625/0,75) + (2,25/1,5) + (0,5625/0,75) + (1,5625/0,75) + (0,25/1,5) = 10,98
Pink, Tinggi
4
1,5
2,5
6,25
Merah, Sedang
0
1,5
-1,5
2,25
Pink, Sedang
3
3
0
0
Putih, Tinggi
0
0,75
-0,75
0,5625
Putih, Sedang
3
1,5
1,5
2,25
Putih, Pendek
0
0,75
-0,75
0,5625
Merah, Pendek
2
0,75
1,25
1,5625
Pink, Pendek
1
1,5
-0,5
0,25
DB= 9-1=8
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel 
dimana X2 tabel (0.05) =15,51. Karena X2 hitung = 10,98
 < X2 tabel =15,51, maka hasil persilangan yang diuji
memenuhi hukum Mendel.
Data Kelas Monohibrid Dominan Penuh
No
Fenotipe
Jumlah
1
Merah
259
2
Putih
77
Perhitungan Data Kelas Monohibrid Dominan Penuh
Fenotipe
O
e
D
d2
Merah
259
252
7
49
(49/252) + (49/84) =0,777
Putih
77
84
-7
49
DB=2-1=1
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel
 dimana X2 tabel (0.05) =3,84. Karena X2 hitung = 0,777
< X2 tabel =3,84, maka hasil persilangan yang diuji
memenuhi hukum Mendel.
Tabel 6. Data Kelas Monohibrid Intermediet
No
Fenotipe
Jumlah
1
Merah
100
2
Pink
156
3
Putih
80
Perhitungan Data Kelas Monohibrid Intermediet
Fenotipe
O
e
d
d2
Merah
100
84
16
256
(256/84) + (144/168) + (4/84) = 3,93
Pink
156
168
-12
144
Putih
80
84
-4
4
DB=3-1=2
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel 
dimana X2 tabel (0.05) =5,99. Karena X2 hitung = 3,93
< X2 tabel =5,99, maka hasil persilangan yang diuji
 Tidak memenuhi hukum Mendel.

Tabel 7. Data Kelas Dihibrid Dominan Penuh
No
Fenotipe
Jumlah
1
Merah, Tinggi
196
2
Merah, Pendek
63
3
Putih, Tinggi
69
4
Putih, Pendek
8
Perhitungan Data Kelas Dihibrid Dominan Penuh
Fenotipe
O
e
d
d2
Merah, Tinggi
196
189
7
49
(49/189) + (0/63) + (36/63) + (169/21) = 8,86
Merah, Pendek
63
63
0
0
Putih, Tinggi
69
63
6
36
Putih, Pendek
8
21
-13
169
DB= 4-1 =3
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel 
dimana X2 tabel (0.05) =7,82. Karena X2 hitung = 8,86
 > X2 tabel =7,82, maka hasil persilangan yang diuji
 tidak sesuai dengan hukum Mendel.




Tabel 8. Data Kelas Dihibrid Intermediet
No
Fenotipe
Jumlah
1
Merah, Tinggi
26
2
Merah, Sedang
52
3
Merah, Pendek
19
4
Pink, Tinggi
52
5
Pink, Sedang
99
6
Pink, Pendek
37
7
Putih, Tinggi
3
8
Putih, Sedang
43
9
Putih, Pendek
5

Perhitungan X2 DataKelompok Dihibrid Intermediet
Fenotipe
O
e
d
d2
Merah, Tinggi
26
21
5
25
(25/21) + (100/42) + (4/21) + (100/42) + (225/84) +(25/42) + (324/21) + (1/42) + (256/21) =37, 03
Merah, Sedang
52
42
10
100
Merah, Pendek
19
21
-2
4
Pink, Tinggi
52
42
10
100
Pink, Sedang
99
84
15
225
Pink, Pendek
37
42
-5
25
Putih, Tinggi
3
21
-18
324
Putih, Sedang
43
42
1
1
Putih, Pendek
5
21
-16
256
DB = 9-1=8
Nilai X2 hitung dibandingkan dengan  nilai  X2 tabel
 dimana X2 tabel (0.05) = 15,51. Karena X2 hitung = 37,03 >
 X2 tabel =15,51, maka hasil persilangan yang diuji tidak
 sesuai dengan hukum Mendel.



B.     Pembahasan
            Pada prakikum kali ini ilah tentang imitasi perbandingan genetis percobaan mendel yang mana pada percobaan ini mengunakan empat perlakukan yang berbeda ialah monohibrid dominan,monohibrid intermediet,dihibrid dominan dan dihibrid intermediet.percobaan ini mengunaka kancing yag digojog tujuan dari pengocokan ini ialah agar kita melakukan randomisasi,selain itu kita juga tidak boleh melihat/mengintip apabila kita ingin mengambil kancing tersebut sehingga data yang didapatkan benar-benar akurat.
monohibrid identik dengan hukum mendel 1 sedangkan dihibrid identik dengan hukum Mendel 2.persilanga dominan dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penyilangan kita mendapatka hasil yang salah satunya membawa sifat dominan dari induknya,sedangkan untuk intermediet hasil yang didapatkan ialah keturunan yang tidak mirip dengan salah satu sifat induknya, tetapi sifat keturunannya berada di antara sifat kedua induknya yang disebut sifat antara atau intermediet.
            Pada percobaan mengunakan kancing yang diibaratkan gamet ini mengunakan data kelas dan data pribadi yaitu dengan tjuan agar dapat membandingkan ,antara  data masing-masing orang  dan kelas sehingga akan terlihat apakah ada perbedaan antara data kelas dan data individu.
                          Pada data kelas yang monohibrid dominan didapatka hasil yang sesuai dengan hukum mendel karena nilai  hitung lebih kecil daripada nilai tabel pada df1 yaitu 0,777 dan 3,84,pada perilangan monohibrid dominan ini hasil ynag paling banyak muncul ialah warna merah,sedangkan untuk data kelas dihibrid dominan hasil yang didapatka juga sesuai dengan hukum mendel 2 karena nilai 8,86 dan tabel pada df3 ialah 7,82 yang artinya nilai  hitung lebih besar dari tabel pada df3 dengan genotip yang paling sering muncul ialah MMNN dan genotip yang terbanyak ialah mmnn.
Data kelas pada monohibrid intermediet  hasil percobaanya tidak sesuai dengan nisbah hukum mendel  karena nilai hitung yaitu 3,93 lebih kecil daripada nilai pada  tabel pada df3 ialah 5,99.dengan genotip yang domina ialah Mm. untuk dihibrid intermediet hasil yang didapatkan ialah tidak sesuai dengan nisbah mendel karena nilai pada  hitung yaitu 37,03 lebih besar dibandingkan dengan tabel pada df8 ialah 15,51 ,dengan genotip yang paling sering muncul ialah MmNn.
Untuk data pribadi pada monohibrid dominan hasil percobaanya sesuai dengan nisbah mendel karena nilai dengan nilai 1,77 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df1 ialah 3,84 dengan genotip yang paling banyak ialah MM yang tidak berbeda jauh dengan mm.untuk dihibrid dominan hasil yang didaptkan juga tidak sesuai dengan nisbah mendel 2 hal ini disebabkan karena nilai hitung yaitu 4,97 lebih kecil dibandingkan dengan nilai pada tabel pada df1 yaitu 7,82,dengan genotip yang paling banyak ilalah MMNN.
            Sedangkan untuk monohibrid intermediet hasil yang didaptka juga sesuai dengan hukum mendel yaitu nilali dari hitung yaitu 0 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df2 yaitu 5,99,untuk dihibrid intermediet hasil  yang didapatkan pun sesuai dengan hukum mendel hal dapat dilihat nilai dari hitung yaitu 10,98 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df515,51.
            Hasil percobaan yang telah dilakukan dan hasilnya tidak sesuai dengan hukum mendel dapat disebabkan karena dalam melakukan percobaanya kurang randomisasi ini dapat disebabkan karena dalam melakuan pengjokan praktikan kurang lama atau mungkin dalam mealakukan percobaanya kancingnya tidak di gojog sehingga menyebabkan data yang didapat ada yang lebih dominan atau perbangingan antara genotip satu dengan yang lainya berbeda jauh.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan daintra nya ialah hasil percobaanya sesuai dengan hukum mendel apabila hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel,dan sebaliknya pabila hasil percobaan tidak sesuai dengan hukum mendel maka nilai pada hitung lebih besar daripada nilai pada tabel.
            Apabila hasil yang didaptka tidak sesuai dengan hukum mendel dapat disebkan karena pengocokan yang kita lakukan sebelum mengambil kancing kurang merata,dari hasil yang di dapatkan bahwa rata-rata hasil yang didaptka sesuai dengan hukum mendel baik pada data kelas maupun data pribadi,akan tetapi pada data kelas monohibrid intermediet dapat terlihat dari nilai  yang lebih besar daripada nilai tabel.


1.       
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A, Reece, Jane,B., dan Mitchell, Lawrence, G., 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Erlangga. Jakarta
Didjosepoetro.1974.Pengantar Genitika. DeptDikBud: Jakarta
Irham, 2012. http://irhamlone24.blogspot.com/2012/11/imitasi-perbandingan-genetis.html. diaskes pada hari sabtu 19 Oktober 2013 pukul 06:20 WIB.
Lia,sipit.2013. http://lia-sipit.blogspot.com/2013/02/imitasi-perbandingan-gen.html. diaskes pada hari sabtu 19 Oktober 2013 pukul 06:24 WIB.
Nuraini, Tuti, 2008, Genetika Dasar (Mendelisme), http://shiroi-kiba.blogspot. com, diakses pada hari Sabtu 19 oktober 2013 pukul 06:24 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar